search

Tonite! Butuh Beli Kaset C Berapa?

Tonite! Wednesday, June 30, 2010; 8 - 10 PMUpcoming Rock-n-Roll Exhibition: BIN HARLANButuh Beli Kaset C Berapa?:: Playlist & notes, handpicked and written by Bin Himself :: Saat masih kuliah, cukup sering saya melihat eksekutif muda memborong CD progressive rock di Aquarius Pondok Indah. Waktu itu saya hanya terus membatin,”Nanti kalau gue udah kerja, giliran gue yang kayak begitu. Gue borong CD-CD kesukaan gue”. Kenyataannya, sampai sekarang saya tak kunjung mapan. Hingga di era penampakan dan perdagangan vinyl di Facebook, saya hanya mampu membeli sedikit demi sedikit CD band luar negeri di toko-toko tenar yang kian sepi. Menggeluti permusikan menggiring pada dua hal: rasa penasaran dan jiwa koleksi. Penasaran ketika bertemu visual, membaca resensi album, atau mendapat informasi tentang sebuah band dari teman-teman. Jiwa kolekasi membuat suasana toko rekaman musik seperti sekuntum dongeng hangat. Tapi, rasa penasaran dan jiwa koleksi senantiasa dihadang hambatan: akses mendapatkan barang yang diinginkan dan kondisi keuangan. Sulit. Solusinya: teman-teman dan kaset (belakangan CD) kosong Merekam dan direkamin adalah petualangan. Berlama-lama di kamar teman untuk membuat kompilasi. Menulis judul-judul lagu. Menyalin sampul CD impor menjadi sampul kaset fotokopian. Pertanyaan penutup saat ingin direkamin sebuah album rekaman bisanya masalah durasi, “Butuh beli kaset C berapa?” Kadang-kadang saya membuat rekaman Single atau EP. Saat meminjam sebuah album, saya malah membeli kaset kosong C 15, memilih lagu-lagu tertentu di CD pinjaman itu untuk dijadikan rekaman mini versi sendiri. Atau kebalikannya, membeli kaset C90 untuk bisa membikin split album versi suka-suka. Pernah juga seorang teman mengirim surat dari luar negeri disertai kaset kosong yang telah diisi oleh lagu-lagu James Iha. Tapi sayangnya, sesungguhnya tak banyak teman-teman saya yang menyukai musik-musik yang “sealiran” dengan saya. Atau dengan kata lain: saya kurang bergaul dengan “anak underground”. Akibatnya, sumber untuk membuat kaset-kaset rekaman tidaklah banyak. Sangat sering saya penasaran dengan sebuah band tapi tak kunjung bisa mendengarkan dan memiliki albumnya karena keterbatasan sumber tersebut. Cara membuat playlist saya ini adalah dengan metode “Rekamin gue, dong” yang klasik itu. Saya ke kamar kerja seorang teman, mengecek lagu-lagu di komputernya, dan membuat kompilasi dari stock lagu yang tersedia di sana. Lebih spesifik lagi, lagu-lagu yang saya pilih dari komputer itu adalah lagu-lagu yang pernah saya rekam atau pernah direkamin oleh teman untuk saya. Kaset dan CD kosong membantu dahaga musik dengan lika-likunya. Termasuk lupa memencet tombol “record”…
Telah lahir grup musik berlimpah bintang yang menyebut diri Konspirasi, dengan menetapkan Grunge sebagai fondasi genre. Digagas pertama kali oleh Edwin Syarif alias Edwin Cokelat (gitar) serta Kirana Hamonangan a.k.a. Marcell Siahaan (drum). Berikutnya masuk Denny Hidayat ditugasi menjaga ritme di departemen bas. Dan, seolah terpanggil memenuhi standar “ramah Seattle Sound”, Candra Johan---lebih dikenal sebagai Che Cupumanik---lalu dipasang sebagai biduan. Entah memang takdir kelompok all stars memang sedemikian rupa, walau relatif miskin gembar-gembor, eksistensi kelompok bentukan Oktober 2008 ini relatif mudah menggaet atensi publik. Namanya jadi salah satu pembicaraan paling hangat di skena musik Indonesia. Kabar paling anyar, mereka sedang berkutat menggarap album perdana. Selain itu, Romy Sophiaan mengambil alih posisi Denny. Silakan simak wawancara berikut ini.
Edition: October 28, 2010Rock-n-Roll Exhibition: DEDIDUDEApa Lagu yang Tepat untuk Saya Dengarkan di Hari Ini!:: Playlist and notes, written and handpicked by Dedi Himself :: Saya besar dengan musik Rock, di umur 4 tahun di rumah sudah terbiasa dengan musik-musik yang lumayan kencang yang disetel kakak saya. Walaupun kebanyakan adalah Metal dan Progressive (tidak heran karena 80-an awal Prog tumbuh subur dimanapun). Keuntungan dan kerugian punya basic di Prog adalah ketika kita bisa mengapreasi semua jenis musik. Keuntungannya: kita dengan gampang menemukan musik yang pas dengan kita. Kerugiannya: semua jenis musik kita pengen jadiin koleksi ehhehe... Gak heran bila terselip Herbie Hancock atau Miles Davis di deretan CD dan vinyl-vinyl Metal saya :D Memilih ribuan lagu yang telah saya dengarkan dan memilih yang terbaik untuk durasi 2 jam adalah sangat tidak mungkin, list berikut di bawah adalah bukan list "the best of", tapi lebih tepatnya list yang bisa mewakili saya bila ditanya: "Apa lagu yang tepat untuk didengarkan di hari ini?"
Tonite! Wednesday, June 09, 2010; 8 - 10 PMUpcoming Rock-n-Roll Exhibition: RIDWAN RUDIANTOBeats & Pieces:: Playlist & notes, handpicked & written by Ridwan Himself ::Sebagian besar lagu di play list ini saya ambil dari koleksi CD yang banyak dibeli antara tahun 1996-1999. Tidak banyak memori pribadi yang tersimpan, melainkan hanya rangkaian nada yang disusun baik untuk menciptakan mood yang khusus. Pengalaman sulitnya merangkai, saya menemukan ada beberapa lagu favorit yang ternyata tidak bisa dilepas dari albumnya untuk dimasukkan ke playlist ini. Mungkin di sanalah tangguhnya beberapa musisi menyusun tracklist album hingga kita tidak tega untuk mencomot setiap individual track-nya. Pemilihan lagu juga mempertimbangkan faktor jam tayang acara di malam hari, karena ternyata tidak semua musik cocok di dengar di kala langit gelap. Demikian sudah, selamat malam, selamat menikmati.
Jazz kerap divonis oleh sebagian kalangan sebagai musik sulit, susah dicerna, kurang membumi, dan beragam stigma sejenis. Di Indonesia sendiri perkembangan Jazz di masa-masa awal menemui kendala gigantik. Selain masyarakat umumnya belum siap dengan “kerumitan” musikal khas Jazz serta masih lebih memilih menyimak yang gampang dikonsumsi kuping, isu sumber daya manusia juga menjadi masalah signifikan: Nusantara kekurangan musisi handal lagi mampu meramu musik bikinan kaum kulit hitam ini. Namun, berkat usaha pantang menyerah dari segelintir penggiat Jazz lokal, eksistensi musik ini menunjukkan performa cukup baik, baik kualitas maupun kuantitas---pelan tapi pasti, lambat namun selamat---grafiknya terus menaik.
Upcoming Rock-n-Roll Exhibition: EKA ANNASHPast, Present, Heron & Morphine:: Playlist & notes, handpicked & written by Eka Himself :: Some of these tracks are obvious classic. But I'm going to try to include a few obscures that I thought was brilliant and didn't had the chance to be explored by (or exposed to) the mass at the time of its release. But then again, maybe it didn't have to. It only belongs to those whom had intimate relation with (and appreciation to) these songs, that makes them extremely vital and relevant from the first place. These songs connect with me in a special way. It has relation to momentum, mental state and memories that happened during the stretch of my childhood, puberty and adulthood. It helped shaping me into a better human being that I am today. Enjoy!
Paranoia itu sirna akhirnya. Brian Molko, Stefan Olsdal, Steve Forrest, memang nyata---dan penuh gaya---berada di depan mata. Obsesi sejak masa baheula tercapai jua. Dengan dibalut kecanggungan antara fakta dan fantasi, saya berdiri di tengah-tengah di antara empat ribuan penonton yang memadati konser Placebo di Tennis Indoor Senayan, 19 Februari malam silam. Memang, sebelumnya saya sempat ketar-ketir jangan-jangan, seperti beberapa grup manca negara lainnya, bak yang sudah-sudah, band asal London ini tiba-tiba di detik-detik terakhir membatalkan kedatangannya. Untungnya tidak. Kelompok yang baru saja tahun lalu menerbitkan album ke enamnya, Battle for the Sun, rupanya minus rasa takut berlebihan terhadap faktor keamanan di negara ini. Brian Molko beserta rombongan tetap datang dan menghibur publik Nusantara.

rudolfdethu

[instagram-feed feed=1]
Scroll to Top