search

THE BLOCK ROCKIN’ BEATS: MOMENTUM BUDAYA TANDINGAN

Felix Dass berjudul mengupas tuntas program radio saya: The Block Rockin' Beats".
*For Indonesian version please click hereBangkutaman, the indiepop veteran has just released Ode Buat Kota under the label Jangan Marah Records. This is their second full-length album, 7 years after the first one, Love Among The Ruins. This group originally are from Jakarta. But they started their career when they went to university in Yogya. The name Bangkutaman taken from a place in their University in Yogyakarta where they used to write poems and talk to each other, to sharing their musical interests. Their brilliant reputation came not only from their well-written songs, but also their intense spirit of Do-It-Yourself, which is quite abnormal for a pop band to adopt---and force---into this underground ethos. With its current formation, J. Irwin (guitar), W. Nugroho (vocal, bass, harmonica), D. Eryanto (drum), the band sing about the dynamics of the city, the business-as-usual of Jakarta life, and how they adapt the new chapter: the natural transformation from being university students to 9-to-5 people. Don't miss their performance in Kick Andy, Metro TV, October 1st, 9.30 PM Jakarta time. Or visit their Facebook page by writing "bangkutaman" in its "search" column.
Tonite! Wednesday, September 22, 2010; 8-10 PMRiot Grrrl & Queens of Noise: Yesterday and TodayJen Smith, personel Bratmobile, di suatu ketika di tahun 1991 pernah bilang, "This summer's going to be a girl riot" (versi lain menyebutkan "We need to start a girl riot"). Dan tak lama setelahnya, Wolfe serta Molly Neuman bekerjasama dengan Kathleen Hanna + Tobi Vail menerbitkan fanzine Riot Grrrl. Namun sejatinya pergerakan ini telah dimulai sejak tahun 1990, berpusat di Olympia, Washington, AS. Saat itu Punk Rock sedang melanda Olympia. Etos Do-It-Yourself sungguh diminati para anak mudanya. Perempuan-perempuan yang merasa suaranya kurang terdengar lalu berlomba-lomba mengambil peluang dengan menerbitkan fanzine, mengekspresikan pendapat pribadinya. Lalu di tahun 1991 stasiun radio KAOS di Olympia berinisiatif memberikan ruang kepada para wanita yang resah dengan membuat program Your Dream Girl. Fenomena Riot Grrrl kemudian direspons baik di International Pop Underground Convention dengan membikin konser khusus musisi perempuan saja pada hari pertama, 20 Agustus 1991, bertajuk Love Rock Revolution Girl Style Now. Secara musikal para aktivis Riot Grrrl pekat mempraktekkan ideologi Punk Rock yang kecil peduli pada kepiawaian bermain instrumen. Musik mereka terkesan mentah, lo-fi, amatiran. Slogannya: "Play just 'cause you wanna, no matter what". Riot Grrrl ini juga amat dekat dengan gerakan feminisme. Isu-isu yang sering diusung adalah mengenai pemerkosaan, pelecehan seksual, KDRT, pengakuan eksistensi lesbian, serta penguatan perempuan. Band-band yang kerap dikaitkan dengan Riot Grrrl di antaranya Bikini Kill, Bratmobile, Heavens to Betsy, Sleater-Kinney, Team Dresch, Excuse 17, Huggy Bear, dsb. Di edisi BlokRokinBeats kali ini, Riot Grrrl & Queens of Noise: Yesterday and Today, saya pilih artis-artis yang baik secara langsung memang terlibat di skena Riot Grrrl macam Bratmobile, Bikini Kill, Team Dresch, dan Heavens to Betsy; juga kumpulan seniman perempuan yang besar menginspirasi gerakan persamaan derajat di Rock-n-Roll semisal Suzi Quatro, Patti Smith, Chrissie Hynde (Pretenders), Poly Styrene (X-Ray Spex), The Slits, Exene Cervenka (X), Wendy O Williams, Joan Jett, pula Lita Ford; serta sosok-sosok wanita yang walau tak terkait langsung dengan fenomena Riot Grrrl namun tersimak punya peran menonjol, kental kesan pemberontak, in-your-face, bingar lagi bising, di blantika musik seperti Peaches, Brody Dalle (The Distillers), Lesbians On Ecstasy, Kittie, Le Tigre, Shonen Knife, plus lainnya."A movement formed by a handful of girls who felt empowered, who were angry, hilarious, and extreme through and for each other. Built on the floors of strangers' living rooms, tops of Xerox machines, snail mail, word of mouth and mixtapes, riot grrrl reinvented punk"- Beth Ditto» Radio streaming live click here
Edition: September 15, 2010Rock-n-Roll Exhibition: JIMI MULTHAZAMHanya Aku, Musik dan Lantai:: Introduction and playlist, written and handpicked by Jimi Himself ::? Semua lagu di list ini, band-nya gue ambil secara asal menurut abjad. Yang gak bikin gue bergoyang gue delete. Lalu gue setel dengan volume keras. Yoieah! Semua karya mereka bikin gue jumpalitan, salto, sliding di kamar sendirian. Ini pesta pribadi, tapi jika elo mau ikut dengan gue.....hayo silakan. Kalo lagu ini terlalu keras buat kuping elo, tandanya elo udah uzur! Kalo lo merasa sound mereka busuk, tandanya selera lo bermasalah. Gak usah mikir susah-susah. Rasakan beat-nya merasuk dalam darah. Biarkan sound mereka menjalari kulit lo dan biarkan kaki lo zig zag di sela-sela irama yang berhimpitan.
Around the Fur merupakan album major label kedua Deftones setelah Adrenaline. Dirilis pada 1997, dengan menjagokan singel My Own Summer (Shove It) serta Be Quiet and Drive (Far Away) rekaman ini sanggup mengantarkan kontingen asal Sacramento, California, ini ke eselon terhormat jajaran artis Alternative Metal (bersama Korn, System of a Down, dsb). Terjual hingga mencapai hampir sejuta kopi, bisa jadi salah satu faktornya ditunjang oleh sampul depannya yang provokatif. Coba simak gambar sebelah kiri.
Artikel?mungkin lebih tepat disebut "curhat" (atau malah "curcol"?)?yang membahas migrasi saya dari majalah Alternative Press ke Classic Rock ini sejatinya adalah materi lama, walau tak juga bisa dibilang sudah usang. Sengaja tetap saya tampilkan di situs pribadi saya ini demi mendokumentasikan perspektif yang pernah saya tuangkan agar menjadi lebih rapi, tak lagi berceceran tak beraturan, bisa menjadi arsip yang sahih lagi sinambung.
Edition: September 01, 2010Rock-n-Roll Exhibition: MARZUKI MOHAMMADAnimisme Progresif:: Introduction and playlist, written and handpicked by Zuki Himself :: Aku lahir di Prambanan, daerah di mana hingga sekarang banyak terdapat candi-candi Hindu dan Budha. Ironis, karena eksistensi candi-candi itu tidak didukung oleh komunitas religius, kecuali di hari raya agama-agama tersebut. Aku juga sadar bahwa candi itu dibangun tak jauh dari abad di mana Nabi Mohammad hanya bisa memugar Ka'bah di Mekkah dalam teknik arsitektur yang paling sederhana, dan sekarang menjadi kiblat sembahyang mayoritas penduduk Indonesia. Jika melihat aku saat ini, potret ironi tentang tempat dimana aku lahir tersebut juga tergambar jelas; sebagai anak seorang ustadz, ketua Muhammadiyah di daerah tersebut, juga pendiri pesantren setempat, sejak kecil dididik sebagi muslim. Bapak dari Hidayat Nur Wahid, mantan presiden PKS itu, selalu menjadi wakil bapakku, maka tidak heran jika sekarang dua kakakku adalah DPR PKS, maka jangan heran nama aseliku Marzuki Mohammad. Dengan background semacam itu tentu waktu kecil aku mendegar lagu-lagu nasid dan musik-musik bernuansa Islami, untungnya juga mendengar gamelan dan menikmati kesenian-kesenian tradisional di daerah setempat. Jika kemudian aku menjadi seperti sekarang, tentu ada masa di mana aku menghabiskan banyak energi dan waktu yang sangat panjang untuk bernegosiasi dan berkompromi dengan keluargaku tentang jalan hidup yang aku pilih dan percaya. Aku memulai petualangan musikal secara serius baru ketika SMA. Tapi juga banyak sekali yang akan terlewat jika aku membuat playlist untuk mempresentasikan petualangan tersebut, karena aku selalu berusaha mendengar dan menikmati genre musik apa pun, juga karena saat ini semua idola bagiku sudah mati; itu kenapa aku punya alias Kill the DJ---if DJ is a God, I've killed lots of Gods! Juga lumayan susah mengingat-ingat karena koleksi record-ku pernah hilang ketika rumahku kerampokan waktu aku tinggal di Paris.
Jika generasi hair metal duh-gusti amat akrab dengan British Steel, maka para headbanger sejati 90-an dijamin bulu kuduknya masih merinding dengan karya agung Pantera, Vulgar Display of Power. Bukan cuma akan selalu instan ber-air guitar penuh gairah begitu diperdengarkan Mouth for War, tapi juga bergulat dengan rasa penasaran nan besar dengan imej brutal di sampul album: for god's sake, siapa sih itu oknum dogol yang rela wajahnya dibogem mentah sampai penyok?
Edition: August 25, 2010Rock-n-Roll Exhibition: EDY KHEMODMusic for the (Next) Jilted Generation:: Playlist, intro, and song descriptions, handpicked and written by Khemod Himself :: Hai anakku yang belum lahir, apa kabarmu! Walaupun kamu belum muncul di dunia ini, tapi Ayah ingin memberi peninggalan untukmu. Sayangnya aku bukan miliarder, jadi belum bisa memberimu mobil mewah atau kapal tanker. Jadi apa boleh buat, untuk sementara Ayah beri kamu sesuatu yang tidak kalah kerennya: Playlist Ayah. Sedikit bagian dari Ayah, semacam artefak dari jaman jahiliyah Ayah untuk kamu ketahui. Nak, semoga selera musik Ayah masih masuk dengan seleramu. Jadi tidak sia-sia perjuanganku berhari-hari mencoba membuat playlist ini. Kalau ternyata selera kita tidak nyambung, ya maaf kalau begitu. Tapi coba saja dengarkan sebagai wawasan, mudah-mudahan bermanfaat di pergaulan nanti. Tidak kuper lah paling ngga. Lagu-lagu yang membentuk masa pertumbuhan Ayah, mulai dari jaman Ayah kecil diam-diam menyelinap ke kamar pakde-pakdemu, mendengarkan Genesis dan Rush, main ke rumah pakde Arian mendengarkan Iron Maiden & Metallica, masa-masa ABG Ayah di panggung-panggung Saparua Bandung, bermain skate di TLL Bandung, hingga gemerlap dunia malam di ibukota (itu lain cerita, nanti Ayah ceritakan lain waktu... kalau tidak malu). Nak, semoga playlist 2 jam ini bisa menjadi kenang-kenanganmu tentang Ayah. Paling tidak kamu bisa cerita ke teman-teman sekolah kamu, kalau Ayah kamu selera musiknya ngga jelek-jelek amat. Dan memudahkan kamu mendapat pasangan ketika sedang puber nanti.
Foto kiri: Ian Stevenson (kaos putih) saat masih bersama Kaimsasikun"Curhat" tentang konser akustik mini Ian Stevenson ini sejatinya saya telah buat lalu publikasikan dua tahunan silam. Barangkali tulisan ini terbilang sedikit agak usang di masa sekarang, namun saya masih yakin bahwa belum banyak yang ngeh soal seberapa saktimandragunanya Ian---saya pikir Anda sungguh perlu tahu itu. Selebihnya, saya sengaja tetap tampilkan artikel ini di situs pribadi saya demi mendokumentasikan perspektif yang pernah saya tuangkan agar menjadi lebih rapi, tak lagi berceceran tak beraturan, bisa menjadi arsip yang sahih lagi sinambung.
Dookie, album ke-3 Green Day (dan debut album mereka dengan label mayor) yang dirilis pada 1 Februari 1994, merupakan salah satu tonggak signifikan Punk Rock 90-an. Dengan melibatkan produser ternama, Rob Cavallo, karya ini kemudian pada 1995 meraih predikat adiluhung: Grammy Award for Best Alternative Music Album. Whoa. Kisah tentang sampul album bergaya komik khas anak SD tersebut, well, that's another story...
Tonite! Wednesday, September 08, 2010; 8-10 PMWham! Bang! You're Dead, Man!Today is the 1st anniversary of BlokRokinBeats. Each and every person who participated/doing exhibition before, was asked to pick one song with special theme: a track that they would use for their funeral, soundtrack of their last-kiss goodbye, song to overdose to, farewell-and-wish-you-well (or hell), a solid calibre of "danse macabre".
Edition: August 18, 2010Rock-n-Roll Exhibition: ODDIE GETAHOddrockinbeats:: Playlist, intro, song descriptions, written and handpicked by Oddie Himself :: This is not one of those "to die for", "can't live without" or "the ultimate" playlists. These are the songs to make love to (or fix your bike to---whatever).
Berita pers tentang album (penuh) perdana dari Ed Eddy & Residivis Lagu Kita Orang Indonesia ini saya telah buat lalu publikasikan pertama kali pada April 2008. Barangkali tulisan ini sudah terbilang agak usang di masa sekarang. Namun tetap saya tampilkan di situs pribadi saya ini demi mendokumentasikan perspektif yang pernah saya tuangkan agar menjadi lebih rapi, tak lagi berceceran tak beraturan, bisa menjadi arsip yang sahih lagi sinambung.
Edition: January 26, 2010Rock-n-Roll Exhibition: ROBI NAVICULAJourney of a Spiritual Junkie:: Playlist, notes & (some) photos, handpicked & written by Robi Himself :: Perjalanan ini mewarisi jejak-jejak. Ada jejak yang diingat, ada yang terlupakan. Setiap jejak melahirkan pengetahuan dan pengalaman, yang membentuk si Spiritual Junkie menjadi sosok yang kukenal seperti sekarang. Dia itu moody. Dia menjadikan musik bak agama; untuk mengobati luka dan merayakan cinta. A journey to celebrate life!

rudolfdethu

[instagram-feed feed=1]
Scroll to Top