search

13 KITAB SUCI PUNK ROCK: Kontra Kemapanan, Tanpa Masa Depan, & Penetrasi Anti-Marketing

Artikel ini adalah artikel lama yang direjuvenasi, remixed and remodelled, dirombak-ulang disesuaikan dengan era sekarang. Pertama kali saya tayangkan pada, um, 2005? Dan yang kali ini adalah versi ke---hiks, saya sendiri lupa---empat?
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Artikel ini adalah artikel lama yang direjuvenasi, remixed and remodelled, dirombak-ulang disesuaikan dengan era sekarang. Yang kali ini adalah versi ke—hiks, saya sendiri lupa—empat? Versi sedikit berbeda bisa disimak di sini

______________________

Berikut, in no particular order, adalah 13 album yang punya andil kolosal—well, at least for me—menyodorkan makna lebih fenomenal terhadap so-called Punk Rock. Memang, tak seluruhnya—utamanya dalam konteks musikal—bisa dikategorikan sebagai Punk Rock. Sebagian di antaranya malah melenceng jauh dari formula tradisional Lurus-3-Jurus-Monarki-Hanya-Kultus-Lubang-Anus-Margaret-Tatcher-Biar-Mampus. Namun energi yang termuntahkan full-frontal merefleksikan semangat Anti Establishment dan No Future. Pula saya tambahkan semacam guidance semisal busana yang sebaiknya anda pakai saat, katakanlah, nonton konser artis bersangkutan; ikhtisar ringkas-lugas tentang mereka, minuman yang klop untuk dikonsumsi ketika mendengarkannya, bahkan fenomena apakah dasar-kuping-Melayu-sukanya-yang-mendayu-dayu bisa menikmatinya—dilengkapi beberapa kiat penetrasinya… Tujuannya agar apresiasi yang dicapai lebih mengerucut menuju pemahaman holistik. Dipahami?
Ramones
1. RAMONES

Ramones
Terbit: 23 April 1976
Label: Sire Records
Asal: New York City, New York, AS
Produser: Craig Leon, Tommy Ramone
Sinopsis: The Blitzkrieg Beatles from Hell
Busana: Celana denim sempit, jaket kulit, sneakers All Stars, rambut poni
Minuman: Bir pletok (seraya menghirup lem & ditimpali Ephedrine buatan Pasuruan)
Kuping Melayu?: I Wanna Be Your Boyfriend bisa dipakai sebagai lagu perkenalan untuk merenggut simpati para cinta-melulu aficionados
TheClash-LondonCalling
2. THE CLASH

London Calling
Terbit: 14 Desember 1979
Label: CBS
Asal: London, Inggris
Produser: Guy Stevens
Sinopsis: White Riot Combat Punk Rock Skandinista
Busana: Kemeja putih sedekah dari The Salvation Army, disablon gambar Margaret Tatcher (di bagian mata di-pylox hitam), + boots T.U.K. di-airbrush motif Union Jack
Minuman: Mansion House
Kuping Melayu?:  Merapat saja ke penggemar Steven & The Coconuttreez. Setelah akrab—mulai memanggil satu sama lain dengan “bro”—introduksi ke mereka The Guns of Brixton. Dengan gestur bersahabat mulailah berkhotbah bahwa esensi Reggae sejatinya adalah soal perlawanan terhadap ketidakadilan, bukan ringan-santai-semua bahagia macam Welcome to My Paradise
Buzzcocks-SinglesGoingSteady
3. BUZZCOCKS
Singles Going Steady

Terbit: September 1979
Label: EMI
Asal: Manchester, Inggris
Produser: Martin Rushent
Sinopsis: The Orgasm Addict Madchesterian
Busana: Kaos polo Fred Perry, jaket airforce, arloji Ben Sherman, skuter multi spion
Minuman: Champagne
Kuping Melayu?: Orgasm Addict sangat jitu dipakai mengiringi malam penobatan Poligami Awards 2008 di Padepokan A’a Gym (dan bukan tidak mungkin Abdullah Gymnastiar lalu terinspirasi menerbitkan buku berikutnya, Orgasme Qolbu. Yay!)
SexPistols-NeverMindtheBollocks
4. THE SEX PISTOLS
Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols

Terbit: 28 Oktober 1977
Label: Virgin
Asal: London, Inggris
Produser: Chris Thomas, Bill Price
Sinopsis: Rotten, vicious, hooligan, anti hippies, anarchy saves The Queen
Busana: Kaos buluk penuh coretan spidol “I Hate Pink Floyd“, kalung gembok, peniti, peniti, peniti
Minuman: Air aki
Kuping Melayu?: Hampir mustahil kuping Melayu bisa menyukai album ini. …um, hey, kenapa tidak memakai strategi “Goceng Ngaceng” (bekerjasama dengan KFC)? Jadi setiap pembelian di atas Rp 45.000, sisa kembalian yang Rp 5.000 bisa ditukarkan dengan Never Mind The Bollocks. Setuju?
JoyDivision-UnknownPleasures
5. JOY DIVISION
Unknown Pleasures

Terbit: 15 Juni 1979
Label: Factory
Asal: Manchester, Inggris
Produser: Martin Hannett, Joy Division
Sinopsis: The Epileptic Madchester Mope Rockers
Busana: Jubah dokter, pucat & tanpa senyum
Minuman: Herbal tea (setelah menenggak Xanax)
Kuping Melayu?: Susah. Lewat jalur lain saja. Ahli medis, misalnya (ingat invasi Pocari Sweat ke klinik-klinik, sebagai suplemen bagi yang terkena Demam Berdarah?). Sebab Unknown Pleasures bisa disodorkan sebagai terapi alternatif penyembuhan penyakit ayan
RichardHell-BlankGeneration
6. RICHARD HELL & THE VOIDOIDS
Blank Generation

Terbit: 1977
Label: Sire
Asal: New York City, New York, AS
Produser: Richard Gottehrer, Richard Hell
Sinopsis: Blank Generation Rock All Stars
Busana: Kaos hitam legendaris CBGB dilapisi jas merah dari thrift store, rambut jabrik, postmen bag berisi buku kumpulan puisi Goenawan Mohammad
Minuman: Budweiser campur Prozac
Kuping Melayu?: Mumpung sesama aktivis “puisi mbeling”, persuasi Oom Remy Sylado untuk memasukkan Love Comes in Spurts sebagai b-side di album repackage Orexas
TheFall-HexEnductionHour
7. THE FALL
Hex Enduction Hour

Terbit: 8 Maret 1982
Label: Kamera
Asal: Prestwich, Bury, Inggris
Produser: Richard Mazda
Sinopsis: “They are always different, they are always the same” ~ John Peel
Busana: 2nd hand Matsuda suit, fake Gucci pants, sepatu Patrick Cox (minimal yang KW 2)
Minuman: Jose Cuervo (malam), Earl Grey (sore), Evian (pagi)
Kuping Melayu?: OMFG. Daripada rugi kolosal, mending langsung suruh seluruh agen toko kaset di jalur Pantura, khusus untuk Hex Enduction Hour segera dirabat tanpa ampun: diskon 50% + bonus peci bermotif khas Burberry (religius metroseksual, eh?)
BadBrains
8. BAD BRAINS
Bad Brains

Tahun Terbit: 1982
Label: ROIR
Asal: Washington, D.C., AS
Produser: (wallahuallam)
Sinopsis: Hardcore Punk meets Dub, black, banned in D.C., and angry
Busana: Kaos warna kuning dengan sablon “Destroy Babylon“, dreadlock, Doc Martens, + ngaku akrab dengan Ras Muhamad
Minuman: Alkohol 95% (hubungi apotek terdekat)
Kuping Melayu?: Percuma, kembalikan saja—pula ucapkan terima kasih atas kerjasamanya yang baik selama ini—ke ROIR. Biar saja para cinta-melulu aficionados fokus menikmati album-album rilisan Softex Heritage Music
Minorthreat-CompleteDiscography
9. MINOR THREAT
Complete Discography

Terbit: 1989
Label: Dischord
Asal: Washington, D.C., AS
Produser: Minor Threat
Sinopsis: Straight EdgeBusana: Jaket hoodie abu-abu, sepatu basket putih Nike, rambut crew cut, + coretan “X” di kepalan tangan
Minuman: Air putih dan rupa-rupa minuman non-alkohol
Kuping Melayu?: Seharusnya mudah, sebab Indonesia dari sononya, sejatinya, ya memang Straight Edge. Kalau perlu gandeng Departemen Agama, MUI, juga PKS. Kuatkan eksistensi Minor Threat lewat isu moral, mana haram mana halal.
Contoh:
*Absolut Vodka = dosa, senggama pra-nikah adalah zinah, memamerkan penis di muka umum itu tak sesuai dengan budaya Timur, haram hukumnya menghadirkan Miyabi ke Indonesia
*Minor Threat = 100% halal, karena menolak mikol, menampik rokok, dan ogah zinah
Devo-QAreWeNotMen
10. DEVO
Q: Are We Not Men? A: We Are Devo

Terbit: Juli 1978
Label: Warner Bros
Asal: Akron, Ohio, AS
Produser: Brian Eno
Sinopsis: Jocko Homongoloid Synth Punk
Busana: Seragam laboratorium + topi berbentuk pot bunga terbalik
Minuman: Sub Zero
Kuping Melayu?: Well, pelan-pelan dekati petinggi Departemen Sosial & Telkomsel. Kirimi parcel. Buka jalan bagi salah satu anak perempuannya untuk jadi figuran sinetron. Traktir seluruh keluarganya berpelesir ke negeri jiran (weits, awas KPK!). Saat waktunya tepat, mulai bujuk rayu, minta agar Mongoloid bisa jadi official ring back tone untuk gerakan pemberantasan down syndrome se-Indonesia. Setiap pegawai Depsos tanpa kecuali, dari Aceh hingga Jayapura, wajib menggunakan nada sela tersebut
JMC-Psychocandy
11. THE JESUS AND MARY CHAIN
Psychocandy

Terbit: November 1985
Label: Blanco y Negro
Asal: Glasgow, Skotlandia
Produser: The Jesus and Mary Chain
Sinopsis: Wall-of-Sound Feedback Rock
Busana: Gothic tanpa gelang paku, tanpa boots New Rock, tanpa emblem 666
Minuman: Scotch Whiskey campur LSD
Kuping Melayu?: …Houston (via Glodok), we have a problem!
*sales & marketing wunderkinds, product-branding strategists, artist & repertoire prodigies, MarkPlus’ geniuses, ACNielsen’s hot shots, Ogilvy & Mather’s dream team, Ernst & Young’s whiz kids, heeeeelp…!!!
DeadKennedys-FreshFruit
12. DEAD KENNEDYS
Fresh Fruit For Rotting Vegetables

Terbit: September 1980
Label: IRS
Asal: San Fransisco, California, AS
Produser: Norm, East Bay Ray
Sinopsis: Left Coast Propagandist Punk
Busana: Tanya Budiman Sudjatmiko apa masih nyimpen kaos & bendera PRD
Minuman: Tuak, Arak, Anggur, Lapen, Cap Tikus; any home industry, anti-capitalism friendly product
Kuping Melayu?: Tunggangi salah satu partai besar. Ikuti safari politik mereka ke daerah-daerah rawan pangan. Selain menjanjikan bonus duit Rp 15 ribu per kepala + nasi bungkus bagi yang ikut konvoi keliling kabupaten, selipkan juga album ini. Ungkit-ungkit sentimen yang berkaitan dengan “hanura” (hati nurani rakyat). Sampaikan ke kaum marjinal itu bahwa—selain konon masih saudara jauh Bung Karno dus fanatik Marhaenisme—Jello Biafra adalah suri tauladan pengentasan kemiskinan & kebodohan. Hidup Bang Biafra! Hidup Bung Karno! Hidup hanura! Hidup nasi bungkus!
PE-ItTakesNationofMillions
13. PUBLIC ENEMY
It Takes a Nation of Millions to Hold Us Back

Terbit: 28 Juni 1988
Label: Def Jam
Asal: Garden City, New York, AS
Produser: Hank Shocklee & Carl Ryder
Sinopsis: Too-Black-Too-Strong Rap Rebel Without a Pause
Busana: Baggy jeans, topi baseball, + jam dinding, lalu berseru, “Yo, Chuck, tell ’em what time it is!”
Minuman: (ikuti apa pun yang diminum oleh Malcolm X dan Louis Farrakhan)
Kuping Melayu?: Bisa dicoba dengan cara semisal ajak Chuck D berkolaborasi di single terbaru Wali band atau Tahta—atau salah satu artis Nagaswara berformat sejenis—berjudul Melayu (Pemberontak Tanpa Jeda) yang notabene di bagian reffrain-nya mencomot banyak bagian (sample-heavy) dari Rebel Without a Pause

• Featured image: sorrystaterecords.com

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top