search

Dreadlocked to Death

Sejawat sekalian, okelah, mungkin Anda tak begitu familiar dengan siapa Sonny Sandoval (lihat foto kiri). Ia adalah biduan grup christian metal, P.O.D. Tapi Anda pasti kenal dong dengan Bob Marley? Selain kerap diidentikkan dengan warna hijau, kuning, dan oranye; sang Eyang Kakung-nya Reggae itu, seperti juga Sonny Sandoval, selalu tampil dengan gaya khas: rambut gimbal.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Sejawat sekalian, okelah, mungkin Anda tak begitu familiar dengan siapa Sonny Sandoval (lihat foto di halaman depan). Ia adalah biduan grup christian metal, P.O.D. Tapi Anda pasti kenal dong dengan Bob Marley? Selain kerap diidentikkan dengan warna hijau, kuning, dan oranye; sang Eyang Kakung-nya Reggae itu, seperti juga Sonny Sandoval, selalu tampil dengan gaya khas: rambut gimbal.

Tatanan rambut semacam itu di Indonesia populer dengan julukan “rambut Rasta”. Memang benar, gaya rambut tersebut punya keterkaitan dengan gerakan Rastafari, namun istilah yang paling umum dan pas adalah: Dreadlocks. Ada juga yang menamakannya “locks”, sebagian lagi “dreads”. Musisi di Indonesia yang ber-Dreadlocks bisa diidentifikasi di antaranya—he’s my ultra fave Reggae MC—Ras Muhamad. Pula karib saya, Igo, dulunya doi sempat bergaya Locks juga.

Jika dirunut ke belakang, sejarah gaya rambut ini diawali di Afrika utamanya peradaban Mesir kuno. Beberapa mumi yang ditemukan tampak telah ber-Dreadlocks. Sementara Sheikh Ibrahima Fall (1855 – 1930), pemrakarsa gerakan Baye Fall di Senegal, mengklaim dirinya sebagai pengusung dreads paling pertama di Afrika Barat. Tapi yang tercatat sebagai pelopor pengguna istilah Dreadlocks adalah pengikut Young Black Faith, sekte awal dari Rastafari, pada 1950-an.

Sheikh Ibrahima Fall

Alasan orang bergaya Dreadlocks pada mulanya adalah soal religi, berlandaskan alasan spiritual yang kuat. Kaum Rastafari punya kepercayaan membiarkan yang di tubuh “apa adanya” (whole). Rambut pengikut Rastafari yang rata-rata kriwil dibiarkan tumbuh natural dan pantang diganggugugat (itu kenapa Bob Marley menolak mengobati kanker di ibu jari kakinya—padahal kemungkinan besar kematiannya bisa dicegah. Bob Marley menganggap jika kanker tersebut diamputasi maka dia telah khianat pada konsep “whole” tersebut).

Sejalan dengan perkembangan jaman, mode rambut ini diadopsi oleh budaya Barat—dan kemudian berkembang menjadi bagian penting dari fashion. Masuknya lewat wabah Reggae pada era 70-an. Di masa sekarang gaya rambut Dreadlocks ini digunakan sebagai penegas identitas oleh kalangan skena musik tertentu. Penggiat Crust Punk, Hyphy rapper serta Cybergoth rata-rata ber-Dreadlocks guna memperteguh citranya.

Korn (formasi lama) dengan berbagai varian Dreadlocks

____________________

*Untuk teknik membuat Dreadlock silakan baca: Ways to Make Dreadlocks
*Artikel ini telah sedikit direvisi, pertama kali saya tayangkan di Musikator pada Mei 2009

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top