search

Konser Kejutan & Bebas Bea Michael Franti di Bali

Artikel mengenai konser Michael Franti ini tayang pertama kali pada 28 Desember 2010 di situs Rolling Stone Indonesia. Saya tampilkan di situs pribadi saya demi mendokumentasikan tulisan yang pernah saya buat untuk arsip yang sahih lagi sinambung.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Sepertinya tinggal menunggu waktu saja untuk Michael Franti, sang penggagas grup Spearhead, berganti kewarganegaraan menjadi WNI lalu bermukim di Ubud, Bali. Bagaimana tidak, ia merupakan salah satu pesohor yang paling rajin tampil di Bali. Sudah tak terhitung berapa kali pria jangkung kelahiran 21 April 1966 ini beraksi di Pulau Dewata.

Pun Senin, 28 Desember 2010, sosok gimbal yang mengawali karirnya lewat band industrial punk The Beatnigs ini kembali menggelar konser di salah satu sudut turisme Bali, Sanur. Tepatnya Serambi Arts Antida, sebuah arena berkesenian berkonsep beer garden yang menyatu dengan studio rekaman Antida. Dan bagi orang sekaliber Michael Franti, sepertinya jor-joran iklan boleh sedikit dinafikan. Cuma perlu pengumuman kecil di jejaring sosial beberapa hari sebelum Hari H serta gerak getok tular antar teman saja sudah cukup untuk mendatangkan seratusan orang penikmat musik untuk datang. Yang menyentuh, biduan kelahiran California ini menggratiskan pertunjukannya. Di pintu masuk hanya ditaruh sebuah kotak amal untuk Yayasan Bumi Sehat, sebuah organisasi nirlaba di Ubud yang memang sepenuh hati didukung oleh Michael Franti semenjak beberapa tahun belakangan.

Sedikit menit setelah pukul 21.30 WITA Franti mengambil alih panggung. Sebelum itu, No Stress, Dialog Dini Hari serta seorang rapper/poet impor kulit hitam tampil mengawali. Michael tampil tidak sendiri. Ia didampingi oleh sejawat yang selama ini kerap mendampinginya tiap kali manggung di Bali. Salah satunya si cantik berambut hitam panjang—kalau komentar karib saya, “Mirip Hope Sandoval, tapi versi hippie”—yang menjabat sebagai vokal latar. Suasana malam itu amat kasual, hangat, nyaris tanpa jarak, satu sama lain saling mengenal, nihil nuansa selebritas. Audiens, sepengamatan saya, datang dari berbagai penjuru, mulai Kuta, Sanur, hingga Ubud. Beberapa pesohor lokal tampak di jajaran penonton.

[nggallery id=2]

Sejak lagu pertama penonton yang sebagian bule sudah turut bernyanyi dan menari. Kerap Franti mengundang orang-orang untuk bareng berdansa bersamanya di atas panggung. Walau sepertinya hanya sebagian kecil pengunjung yang solid hafal dengan tembang-tembang milik Franti—cuma menyahut di bagian reffrain atau sambutan responsif menggoyangkan tangan di atas mengikuti komando—namun semua tersimak bergembira menikmati. Sebab karya-karya Franti memang mudah dicerna. Selain musiknya nyaman di telinga, liriknya relatif sederhana—soal cinta, perdamaian & keadilan sosial, gestur Franti yang begitu simpatik & membumi sangat membantu terciptanya atmosfer akrab lagi intim, membuat orang-orang yang hadir di sana bak menanggalkan segala gundah lalu mulai bersenandung seraya riang ria berdansa.

Kurang dari sejam kemudian Franti mengakhiri aksinya dengan membawakan “Say Hey (I Love You)”. Jujur saja, saya belum puas. Enam (atau tujuh?) lagu adalah durasi yang agak terlalu pendek. Tapi tiada satu pun yang meminta encore. Barangkali dirasa kurang elok saja: sudah dikasih gratis ya jangan minta tambah.

Franti memang telah tak segarang, tak seradikal, tak sepolitikal, saat ia mengepalai projek musikal The Disposable Heroes of Hiphoprisy. Franti memang sudah berubah: memilih tetap menggugah lewat syair indah seraya tetap bermisi megah serta berfaedah. Dan itu sah.

[nggallery id=3]

*Artikel mengenai konser Michael Franti ini tayang pertama kali pada 28 Desember 2010 di situs Rolling Stone Indonesia. Saya tampilkan di situs pribadi saya demi mendokumentasikan tulisan yang pernah saya buat untuk arsip yang sahih lagi sinambung. Versi yang dimuat di Rolling Stone bisa dilihat di sini
*Foto-foto paling atas & tengah adalah milik Lakota Moira
*Foto-foto di bagian bawah adalah milik Yogi D. Sumule

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Versi Bahasa Indonesia silakan klik di siniCupumanik are back. These Bandung's grunge veteran just released their newest single with a video clip, "Grunge Harga Mati" a few days ago. This song is their first ever single after quitting from a major label. It's also their significant step to fully apply a kind of Do-It-Yourself ethos. Che, the frontman, said that starting December 2010 they will release one song every two months and give it away a.k.a. free of charge. Another six songs are ready to be distributed thru next year. The single "Grunge Harga Mati" is like a declaration that Cupumanik is identical to grunge, Cupumanik is grunge itself. They have always been tagged as a grunge band by the public, and it naturally has become their flesh and blood so this time they formally declared it. Regarding the video clip, it basically talks about the transformation that happened with Cupumanik, from major label to an indie band. It is expressed in the clip via the change in their fashion statement. Check out their newest single & video clip in YouTube. Keep updated with them via www.cupumanikband.com
Scroll to Top