search

Sampul Album Cadas Monumental: BRITISH STEEL

Bagi anda penggemar musik cadas---apalagi yang tumbuhkembang di era "Hair Metal"---dijamin familiar dengan imej ekstrem di sebelah kiri ini. Benar, foto jari-jari menggenggam silet berukuran masif tersebut adalah sampul album Judas Priest terbitan 14 April 1980, British Steel. Lagu-lagu dari album karya kontingen asal Birmingham, Inggris Raya, macam Breaking The Law dan Living After Midnight itu sempat menjadi lagu wajib band-band Rock Nusantara di tahun 80-an (mind you, saat itu membawakan tembang karya sendiri belumlah sepopuler sekarang, menjadi duplikat Iron Maiden, dijuluki "The Indonesian Metallica", dsb, adalah sebuah kebanggaan tersendiri). Tangan yang memegang silet tersebut adalah milik Roslav Szaybo, art director British Steel yang asal Polandia. Sementara fotografernya adalah Bob Elsdale. Sebelumnya, di tahun 1979, Roslav dan Bob mengerjakan pula album Priest lainnya yaitu Hellbent For Leather---yang di Inggris diberi judul berbeda, Killing Machine.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Bagi anda penggemar musik cadas—apalagi yang tumbuhkembang di era “Hair Metal”—dijamin familiar dengan imej ekstrem ini:

Benar, foto jari-jari menggenggam silet berukuran masif tersebut adalah sampul album Judas Priest terbitan 14 April 1980, British Steel. Lagu-lagu dari album karya kontingen asal Birmingham, Inggris Raya, macam Breaking The Law dan Living After Midnight itu sempat menjadi lagu wajib band-band Rock Nusantara di tahun 80-an (mind you, saat itu membawakan tembang karya sendiri belumlah sepopuler sekarang, menjadi duplikat Iron Maiden, dijuluki “The Indonesian Metallica”, dsb, adalah sebuah kebanggaan tersendiri).

Tangan yang memegang silet tersebut adalah milik Roslav Szaybo, art director British Steel yang asal Polandia. Sementara fotografernya adalah Bob Elsdale. Sebelumnya, di tahun 1979, Roslav dan Bob mengerjakan pula album Priest lainnya yaitu Hellbent For Leather—yang di Inggris diberi judul berbeda, Killing Machine.

Menurut Bob, silet itu dibentuk dari lempengan aluminium yang sengaja dibikin ultra besar lalu disablon titel album serta logo legendaris Judas Priest. Oh, ingat, jaman itu belum ada yang namanya Photoshop. Jadi semuanya adalah asli, nihil manipulasi komputer.

“We made an oversized razorblade by having the album title and the Priest logo screen-printed on a cut out piece of aluminum. There was no Photoshop in those days, so everything was real”

Baik British Steel maupun Hellbent for Leather keduanya dikerjakan di studio foto milik Bob di St. John’s Wood, London. Bob agak setengah yakin menyebut bahwa proses penggarapannya menggunakan kamera Wista. Rentang pemotretan pun sebenarnya tidak panjang, cuma beberapa jam. Waktu lebih banyak termakan oleh pembuatan silet raksasa.

Album yang oleh gitaris Anthrax, Scott Ian, bahkan dari judulnya saja sudah merefleksikan aura “metal bangets”, bagi Bob semuanya bermula dari konsep Roslav yang notabene memang headbanger sejati, sejak dulu hingga kini—di usianya yang telah menginjak 74 tahun.

“All the shots I did with Roslav were his concepts. He’s really on the ball. He’s 74 now, and he’s still at it, teaching at Warsaw University and doing freelance work. And he’s still in demand these days. Not bad for 74, is it?”

Walau era Metal Bob bisa dibilang cuma sebegitu pendek—kini dia lebih banyak berkutat dengan foto-foto yang melibatkan binatang, namun impak British Steel ijo royo-royo, masih bergaung bahkan sampai hari ini. Mulai dari aplikasi di atas kaos hingga iklan mikol Absolut Vodka pada 2001 dengan plesetan brilian: “Absolut Priest”.

Disodori fakta membanggakan bahwa imej dramatis—lebih tepat disebut “menyeramkan”—karyanya 3 dekade lalu itu diapresiasi tinggi oleh publik, Bob tentu saja girang bukan kepalang.

“I’m really pleased with it. I think we did a great job. A lot of people looked at it and were really horrified. The edges of the blade seemed to be cutting into Roslav’s flesh, because he was really gripping it quite hard. But that wasn’t the case—it actually had blunt edges. It wasn’t bloody, but it had an element of drama”

Artwork asli British Steel sempat menghiasi tembok di studio milik Bob selama beberapa tahun. Tapi kemudian lenyap tak berbekas, agaknya digondol orang.

“I think somebody made off with it. It’s too bad—it would’ve been a nice thing to have today”

Demikian pungkas Bob.

Duh sungguh amat disayangkan, Bob.

*Artikel ini bertajuk asli “Sampul Album Rock Bersejarah: BRITISH STEEL”, pertama kali saya tayangkan di Musikator pada Juni 2008

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Three Amigos fi
41 years ago this month, Ian "Lemmy" Kilmister, "Fast" Eddie Clarke, and Phil "Philty" Animal, were in the studio to record Iron Fist.
Scroll to Top