search

Superman Is Dead’s Bio Comin’ Soon Atcha!

Sekadar hendak mengabari bahwa biografi Superman Is Dead yang saya tulis sudah masuk ke percetakan hari Senin lalu.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Sekadar hendak mengabari bahwa biografi Superman Is Dead yang saya tulis sudah masuk ke percetakan hari Senin lalu. Jika semua berjalan sesuai jadwal maka 18 Agustus 2015, kurang dari tiga minggu lagi, buku tersebut akan terbit.

Akan diadakan pesta khusus untuk menyambutnya yaitu pada tanggal 18, 20, dan 28 Agustus 2015, ketiganya di Bali. Info lokasi dan lainnya akan disebarkan segera, awal-awal Agustus.

Di berita ini saya sisipkan foto-foto saat biografi sedang masa finalisasi tata letak juga colongan foto-foto yang akan anda dapatkan di dalam buku biografi tersebut.

Ikuti terus perkembangannya, jaga kuda-kuda, jangan kemana-mana!

Tahun 2001, acara Gerilya Musik Underground (GMU) di Universitas Jayabaya, Jakarta. SID waktu itu banyak diselimuti mitos macam salah satu personelnya bule, pernah berbagi panggung dengan NOFX, dsb. Di GMU ini SID menjadi salah satu grup yang paling ditunggu selain band Jerman, Skin of Tear. Pasca GMU in nama SID melonjak gila-gilaan, dari jagoan daerah menuju skala nasional.
Tahun 2001, acara Gerilya Musik Underground (GMU) di Universitas Jayabaya, Jakarta. SID waktu itu banyak diselimuti mitos macam salah satu personelnya bule, pernah berbagi panggung dengan NOFX, dsb. Di GMU ini SID menjadi salah satu grup yang paling ditunggu selain band Jerman, Skin of Tear. Pasca GMU in nama SID melonjak gila-gilaan, dari jagoan daerah menuju skala nasional.
Awal 2003, di Serangan, Bali. Ini sesi pemotretan outdoor untuk keperluan promo album debut SID bersama Sony, Kuta Rock City (KRC). Mobil Chevrolet Impala hitam buatan 1966 inilah yang muncul di sampul belakang KRC dan dicantoli slogan, "Punk rock is about being 18 and saying no." Lihat juga bagaimana Bob, Eka, JRX, tertawa lepas, begitu ringan-riang, tiada menyangka bahwa SID bakal menjadi satu dari sedikit grup musik di Nusantara dengan jutaan penggemar militan. Dulu itu pikirannya hanya nge-band, keren, bersenang-senang, itu doang. | Foto: courtesy of Tiga Grafis
Awal 2003, di Serangan, Bali. Ini sesi pemotretan outdoor untuk keperluan promo album debut SID bersama Sony, Kuta Rock City (KRC). Mobil Chevrolet Impala hitam buatan 1966 inilah yang muncul di sampul belakang KRC dan dicantoli slogan, “Punk rock is about being 18 and saying no.” Lihat juga bagaimana Bob, Eka, JRX, tertawa lepas, begitu ringan-riang, tiada menyangka bahwa SID bakal menjadi satu dari sedikit grup musik di Nusantara dengan jutaan penggemar militan. Dulu itu pikirannya hanya nge-band, keren, bersenang-senang, itu doang. | Foto: courtesy of Tiga Grafis
Iklan yang dimunculkan di media-media cetak oleh Sony Music saat mempromosikan album perdana Superman Is Dead, Kuta Rock City, Mei 2003.
Iklan yang dimunculkan di media-media cetak oleh Sony Music saat mempromosikan album perdana Superman Is Dead, Kuta Rock City, Mei 2003.
Foto diambil di awal-awal 2003, sebelum Kuta Rock City dirilis. Kami adalah empat sekawan, putra daerah, yang berusaha menaklukkan blantika musik nasional. Bob, Eka, JRX, berkutat di urusan musik dan rupa-rupa isu berkesenian, saya fokus menata propaganda, menggarami agitasi, dan tetek-bengek administrasi. | Foto: Agus Pande.
Foto diambil di awal-awal 2003, sebelum Kuta Rock City dirilis. Kami adalah empat sekawan, putra daerah, yang berusaha menaklukkan blantika musik nasional. Bob, Eka, JRX, berkutat di urusan musik dan rupa-rupa isu berkesenian, saya fokus menata propaganda, menggarami agitasi, dan tetek-bengek administrasi. | Foto: Agus Pande.
Glampunkabilly Inferno (GI), band management yang mengurusi Superman Is Dead. Dari kiri ke kanan: saya, Ade Putri, Icha, dan Dodix. Di Bali, sepertinya GI adalah band management profesional paling pertama, Ade Adinata, rekan yang sempat menemani SID tampil di acara Gerilya Musik Underground, 2001, serta Dodix, merekalah yang menyarankan saya mendirikan band management agar pengelolaan band lebih tertata serta bisa mengurusi bukan hanya SID (di perjalanannya GI kemudian juga memayungi Navicula serta Postmen). Dodix kemudian masuk dalam GI menjadi road manager. Icha, istrinya, mengurusi akunting dan urusan administrasi. Ade Putri belakangan saya ajak bergabung, menjadi representasi GI di Jakarta. Dodix sendiri kini menjadi Operations Manager untuk manajemen Superman Is Dead.
Glampunkabilly Inferno (GI), band management yang mengurusi Superman Is Dead.
Dari kiri ke kanan: saya, Ade Putri, Icha, dan Dodix. Di Bali, sepertinya GI adalah band management profesional paling pertama, Ade Adinata, rekan yang sempat menemani SID tampil di acara Gerilya Musik Underground, 2001, serta Dodix, merekalah yang menyarankan saya mendirikan band management agar pengelolaan band lebih tertata serta bisa mengurusi bukan hanya SID (di perjalanannya GI kemudian juga memayungi Navicula serta Postmen). Dodix kemudian masuk dalam GI menjadi road manager. Icha, istrinya, mengurusi akunting dan urusan administrasi. Ade Putri belakangan saya ajak bergabung, menjadi representasi GI di Jakarta.
Dodix sendiri kini menjadi Operations Manager untuk manajemen Superman Is Dead.
Di sela-sela lintang pukang membereskan buku ini saya sempatkan berpose sejenak dengan sahabat saya, Ayip Budiman. Ia membantu (dan mendikte, memarahi, serta memaki-maki, hihi) saya di urusan desain dan tata letak. | Foto: Sam Bonaventura.
Di sela-sela lintang pukang membereskan buku ini saya sempatkan berpose sejenak dengan sahabat saya, Ayip Budiman. Ia membantu (dan mendikte, memarahi, serta memaki-maki, hihi) saya di urusan desain dan tata letak. | Foto: Sam Bonaventura.
Di ruang kerja Ayip yang luar biasa artistik inilah desain dan tata letak dikerjakan. Saat jeda kami berdiskusi dengan beberapa teman siapa tahu ada masukan yang konstruktif. | Foto: Sam Bonaventura.
Di ruang kerja Ayip yang luar biasa artistik inilah desain dan tata letak dikerjakan. Saat jeda kami berdiskusi dengan beberapa teman siapa tahu ada masukan yang konstruktif. | Foto: Sam Bonaventura.
Rekaman suasana pengerjaan desain dan tata letak. Ayip (memunggungi kamera) barangkali menyangka saya sedang berpikir tentang masukan apa yang bisa saya berikan untuk desain dan tata letak. Padahal saya sedang membayangkan, "Wah, makan sate kambing terus lanjut bir dingin kayaknya enak neh..." | Foto: Sam Bonaventura.
Rekaman suasana pengerjaan desain dan tata letak. Ayip (memunggungi kamera) barangkali menyangka saya sedang berpikir tentang masukan apa yang bisa saya berikan untuk desain dan tata letak. Padahal saya sedang membayangkan, “Wah, makan sate kambing terus lanjut bir dingin kayaknya enak neh…” | Foto: Sam Bonaventura.
Bertukar pikiran dengan karib-karib terdekat tentang skenario video yang hendak digarap untuk teaser biografi SID. Gus Wib akan bertindak sebagai sutradara dan Ridwan Rudianto sebagai penasehatnya. Tunggu ya!
Bertukar pikiran dengan karib-karib terdekat tentang skenario video yang hendak digarap untuk teaser biografi SID. Gus Wib akan bertindak sebagai sutradara dan Ridwan Rudianto sebagai penasehatnya. Tunggu ya!
Nah, selama saya berminggu-minggu di Bali sibuk membereskan biografi SID, saya mesti rela meninggalkan 3 kucing saya yang lucuk: KitKat, Clover, dan Mika. Kadang saya menitikkan air mata saat kangen dengan mereka (tsah...).
Nah, selama saya berminggu-minggu di Bali sibuk membereskan biografi SID, saya mesti rela meninggalkan 3 kucing saya yang lucuk: KitKat, Clover, dan Mika. Kadang saya menitikkan air mata saat kangen dengan mereka (tsah…).
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top