search

THE HYDRANT

Selain merupakan pionir Rockabilly di skena muda negeri ini, The Hydrant bisa jadi adalah grup terbesar di genrenya di tanah Nusantara.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Photo: Erick EST
Photo: Erick EST

Selain merupakan pionir Rockabilly di skena muda negeri ini, The Hydrant bisa jadi adalah grup terbesar di genrenya di tanah Nusantara.

Terbentuk sejak 14 Agustus 2004 di Denpasar, Bali, The Hydrant kini beranggotakan Marshello (biduan, harmonika), Vincent (gitar), Christopper (stand up drum), serta Adi (upright bass).

Grup ini pertama kali berdiri atas prakarsa Wis, Zio, dan Morris, yang lalu mengajak Shello untuk bergabung. Kesukaan pada warna musik, dandanan, serta attitude Rockabilly merekatkan 4 sekawan ini dan memantapkan niat untuk memperkenalkan musik asal Amerika Serikat yang amat populer di tahun 50an ini ke seantero Indonesia, utamanya kepada generasi seusia mereka.

TheHydrant-rszd

Nama The Hydrant sendiri bermula dari band pop yang digawangi Wis dan Zio, Hydra. Ketika memutuskan banting setir lalu menapak ranah baru, Rockabilly, dibutuhkan pula identitas baru. Jappy Sanger, manajer mereka saat itu, muncul dengan ide nama The Hydrant, evolusi dari merek lama Hydra—yang langsung kompak disepakati.

Hingga kini The Hydrant telah menerbitkan 5 album penuh. Yang paling mutakhir, September 2015, adalah Lokananta Riot. Berisikan 16 tembang dan menyelipkan satu komposisi Rockabilly berbahasa Bali, Lokananta Riot direkam secara live di studio rekaman bersejarah, Lokananta. Album kedua mereka yang terbit pada 2007, Rockabilly Live, dirilis oleh label rekaman raksasa, EMI Indonesia. Album bertaburkan 14 lagu ramah lantai dansa ini cukup mampu mendongkrak pamor mereka dari skala lokal ke blantika musik nasional.

LokanantaRiot-rszd

Bicara jam terbang, The Hydrant sudah pantas disebut veteran. Bukan cuma tampil di festival-festival kolosal sekelas Kustomfest, IndoGreaser Party, Konser 1000 Band, Soundrenaline, namun juga telah menjajal panggung konser manca negara. Pada 2009 kuartet ini beraksi di festival Pohoda, satu dari sedikit pagelaran musik terbesar di Slovakia yang dikunjungi hingga 30 ribu orang tiap tahunnya. Selain di negara beribukotakan Bratislava itu, The Hydrant sempat pula main di ajang hot rod, beberapa klub, taman kota, dan jalanan di Ceko serta Austria.

Tahun depan, tepatnya April 2016, The Hydrant diundang unjuk kebolehan di Viva Las Vegas, festival Rockabilly terbesar sejagat yang mengambil tempat di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Shello bakal diberi kehormatan mempertunjukkan olah vokalnya, kelenturan tubuh, serta kehebatannya berdansa—ia kerap dijuluki sebagai”Brown Elvis” akibat gaya dansanya yang mencengangkan. Ditimpali oleh Vincent lewat permainan gitarnya yang “berbahaya”, Adi dengan aksi membetot bas nan akrobatik, serta Topper yang instan membuat audiens ternganga karena memainkan drum di luar kebiasaan, bukan duduk tapi berdiri.

Jayawijaya musik Indonesia!

Topper

Partisipasi The Hydrant di Acara-acara Kolosal
01. IndoGreaser Party – Jakarta, 2015
02. Hard Rock Rising – Bali, 2015
03. Classic Autofest – Yogyakarta, 2014
04. Custom Land – Surabaya, 2014
05. Plays By The Sea – Bali, 2014
06. NK13 Custom War – Bali, 2013
07. Kust Fest – Yogyakarta, 2012
08. Atticus Party – Bali, 2011
09. Pohoda Festival – Slovakia, 2009
10. Brno Hotrod Festival – Ceko, 2009
11. Konser 1000 Band – Jakarta, 2009
12. Liquid Party – Yogyakarta, 2009
13. Soundrenaline – Bali, 2009

Bali Bandidos Cover

Album Rekaman
1. Lokananta Riot (2015)
2. Dirty Thirty (2011)
3. Bali Bandidos (2009)
4. Rockabilly Live (2007)
5. Saturday Night Riot (2006)

Album Kompilasi
1. Kustom Fest Showin’ Soul (2015)
2. Bali Bergerak (2014)
3. Far East Slapper Japan (2009)
4. Maximum Rock ‘n’ Roll Monarchy (2005)

DVD
1. Bali Bandidos Eurobilly Tour (2009)

Kontak
RUDOLF DETHU
E. [email protected]
Instagram: @thehydrantbali
Twitter: @THEHDYRANTBALI
Facebook page: https://www.facebook.com/thehydrantrockabilly
Address: Jl. Bedahulu XIV/9, Denpasar – Bali 80115

Saksikan video terbitan 2009 “Bali Bandidos” karya Erick EST. Wiz kala itu masih mengendalikan departemen gitar.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top