Indonesia Maharddhika

Beberapa bulan belakangan ini saya ikut terlibat dalam penggarapan album kompilasi INDONESIA MAHARDDHIKA (IM) yang berisikan sepuluh lagu dengan padu padan antara rock, jazz, pop, serta sedikit klasik
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Beberapa bulan belakangan ini saya ikut terlibat dalam penggarapan album kompilasi INDONESIA MAHARDDHIKA (IM) yang berisikan sepuluh lagu dengan padu padan antara rock, jazz, pop, serta sedikit klasik, dengan warna-warni nuansa Nusantara yang lumayan pekat. Album ini telah dirilis secara resmi beberapa hari lalu dalam format cakram digital dan rencananya disusul dengan piringan hitam dalam beberapa bulan ke depan.

Untuk memperoleh gambaran lebih lengkap tentang IM di sini saya tampilkan rilis pers resminya yang saya tulis untuk kebutuhan peluncuran formal album IM di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Grand Indonesia, pada 21 Agustus 2014. Saya sisipkan juga videoklip IM yang menampilkan nukilan 4 tembang utama yang ada di album, juga video art karya Ayip dan tim grafis, serta album foto yang menampilkan rupa-rupa suasana peluncuran album IM di GIK.
___________

IconIM


Rilis Pers

INDONESIA MAHARDDHIKA adalah album kompilasi berisikan sepuluh tembang dengan nuansa keindonesiaan yang kental dan menyodorkan beragam warna musik—dari jazz, rock, symphonic prog, hingga prog metal; beraneka instrumen—sejak alat musik tradisional sampai mutakhir; pula mewakili pelbagai generasi—melibatkan veteran macam Keenan Nasution serta anak-anak muda anggota Van Java. Menampilkan pula sosok internasional selegendaris Rick Wakeman.

IM yang dijadikan tajuk album memang dipinjampakai dari tembang karya Roni Harahap dan Guruh Soekarnoputra yang menjadi salah satu dendang andalan dari album monumental Guruh Gypsy. Lagu yang, menurut Roni, menjadikan Emerson, Lake and Palmer, sebagai rujukan, sungguh pantas disuguhi hormat menjulang mengingat karya tersebut punya nilai sejarah amat kuat. Muncul pertama kali pada 1976, selain merupakan komposisi rock progresif paling pertama di blantika musik Nusantara, juga menjadi pionir dalam padu padan diatonis-pentatonis, menggabungkan musik Barat dengan Timur, mempertemukan unsur rock dan elemen Bali dengan klop, mulus, harmonis.

Sejarah. Budaya. Sastra. Pola pikir Indonesia—Jawa, Bali. Bahasa Kawi. Filsafat-filsafat. Sinom. Macapat. Megatruh. Ronggo Warsito. Sandi-sandi. Eksperimen. Saya terjemahkan semua itu dalam satu komposisi baru lewat musik.

Ungkap Guruh soal proses terciptanya lagu IM.

TheKadriJimmo-rszdweb

Sementara itu Iwan Hasan, individu serba bisa yang menjadi panglima reka ulang IM, bertekad menjaga itu lagu pusaka seraya di saat yang sama memutakhirkannya. “Sekali pun banyak komposisi baru yang saya bikin, dari tadinya bener-bener gak ada, jadi ada—alias bukan rearansemen. Saya mempertahankan rasa hormat terhadap aslinya sehingga cara saya memasukkan komposisi-komposisi itu saya buat sedemikian rupa sehingga masih kelihatan saya respek kepada Guruh sama Roni.” Hasil akhirnya? Kian dinamis dan lebih segar tanpa kehilangan nuansa adiluhungnya.

Penghargaan pada sejarah, seperti yang disebut di atas, merupakan yang pertama dari empat pilar utama terbitnya IM. Pilar kedua dari album yang digagas oleh trio lawyer Kadri, Yeni, dan Ninot, ini adalah disatukannya musisi-musisi belia brilian dengan para seniman kawakan. Menyimak IM bak berkendara dalam tempo relatif singkat menyusur lengkap bulevar Nusantara Prog Raya. Dari “The Machine” milik Discus yang kompleks dan mekanis, sampai “Haruskah Aku Berlari” karya Cockpit yang relatif renyah dan ngepop; sejak topik degradasi kehidupan urban di “Jakarta (Jet Black City)” hingga tema emansipasi perempuan di “Srikandi”—yang liriknya ditulis oleh Sri Mulyani Indrawati, ditujukan kepada para srikandi bangsa. Segala rupa-rupa art rock Indonesia, silam serta sekarang, ringan, sedang, juga berat; semua ada, komplet tersedia.

Pilar berikutnya adalah ketegasan menolak menyerahkan nasib pada label rekaman raksasa (baca: tak sudi diatur-atur), ogah menyerah pada industri musik yang sedang terpuruk, bersikeras terus maju dan berkarya. Kegigihan untuk tidak bergantung pada korporasi besar membuat para partisipan IM bisa jujur pada nuraninya, bebas berimprovisasi, mandiri berkreasi, merdeka menentukan masa depannya sendiri. Demajors, label independen yang banyak merilis album-album bermutu tinggi, disepakati sebagai partner kerja tiga sekawan ahli hukum ini dengan berbendera YenNinotz Journey.

Keguyuban, gotong royong, holopis kuntul baris, menjadi pilar ke-4. Diawali dengan prakarsa YenNinotz Journey membiayai sendiri pembikinan album, lalu mengajak serta karib dan kolega, kawan serta kerabat, lintas profesi, lintas provinsi, lintas partai; agar beramai-ramai urun dana (crowdfunding) untuk bersama-sama merealisasikan cita-cita melahirkan karya seni berkelas dengan keindonesiaan yang duhai khas.

http://www.youtube.com/watch?v=3bjmNhO3cgU&list=UUd2FYDObvbLzM5l0LNFaS_A
2 rangkaian video IM: (1) Video art karya Ayip dkk (2) Video teaser IM dengan medley 4 lagu

Dan 21 Agustus 2014 adalah masa bersejarah, masa ketika IM resmi diluncurkan ke publik. Didahului dengan peluncuran edisi reguler dalam format CD, disusul di hari depan edisi eksklusif dalam format piringan hitam dengan disertakan buklet istimewa berisikan wawancara khusus dengan tokoh-tokoh utama penggerak IM. Baik dari masa awal yaitu Guruh Soekarnoputra, Roni Harahap, Gusti Kompyang Raka, serta Alex Kumara; maupun dari masa kini macam Iwan Hasan, YenNinotz Journey, serta dibumbui komentar beberapa donatur.

Adaptif, partisipatif, progresif.
Merdeka menjadi bineka.
Bangga berdarah Nusantara.
Indonesia Maharddhika.

___________

Susunan lagu album Indonesia Maharddhika selengkapnya sbb:

YenNinotzJourney-small

01. “HARUSKAH AKU BERLARI” (Cockpit)
02. “FREE YOUR MIND” (The Miracle)
03. “SRIKANDI” (The KadriJimmo feat. Once, Addie MS City of Prague Philharmonic Orchestra)
04. “THE MACHINE” (Discus)
05. “PROPHECY OF JAYABAYA” (Van Java)
06. “SIMPONI INDONESIA – ROCK OPERA ADEGAN I (Krisis Budaya) “ (Imanissimo feat. Andy /rif & Kadri)
07. JAKARTA (JET BLACK CITY) (Vantasma)
08. “RAGU/SIBINCAR LAYO” (Atmosfera)
09. “THE GHOSTS OF ANCIENT PATRIOTS” (In Memoriam)
10. “INDONESIA MAHARDDHIKA” (Iwan Hasan feat. Rick Wakeman, Keenan Nasution, Marcell & Indra Lesmana

Produser: YenNinotz Journey

Kadri Yeni Ninot
Kadri, Yeni, Ninot, trio ahli hukum penggagas IM
Legiun IM
Para orang-orang yang secara langsung dan tak langsung terlibat dalam penerbitan IM. Konseptor, musisi, donatur.

Pemesanan CD online: http://demajors.com/album/view/392
Facebook page: www.facebook.com/maharddhika.id
Akun Twitter: @Id_Maharddhika
___________

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top