Diserang culasnya wewenang, pulau ini siap berperang.
Bersenjatakan mesin dan lencana, pagar ketulusan engkau robohkan.
Tunggu aku di jalan, tulusku sudah menjadi bara dan hari ini kau kan kulawan.
Teruslah hisap hingga habis darah dan identitasku, bersama kepulan tebal kanabisku.
Tapi tuan, jam pasir ini berbalik,
detik-detikmu tak bertuan,
menunggu barisan badai yg kan ledakkan istanamu.
Susunan speaker menjulang tinggi, frekwensinya lantang pecahkan Nusantara.
Speaker Separatis kan tebas tanganmu, gilas pionmu, kubur kuasamu.
Speaker separatis.
Dari Bali, jari tengah adalah diplomasi terbaikku.
Kala menyimak repetan puisi tersebut jelas yang kencang menyeruak adalah segepok kegerahan, kegelisahan, kekecewaan akibat ketulusan yang dirobohkan.
âRakyat seolah didesain untuk tak berdaya melawan pembodohan yang sudah terjadi puluhan tahun demi kepentingan penguasa dan pemodal,â demikian ungkap si tukang rapal sajak, Vendetta.
Memang, tembang Dub ini tentang kegusaran. Utamanya menyoal rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali Selatan. Ide tersebut dianggap lancung karena lebih dominan mudaratnya dibanding manfaatnya bagi penduduk lokal. Melulu menguntungkan investor, cermin ketamakan nan mencengangkan. Ditambah lagi, para petinggi malah memilih menjadi abdi dalem para pemodal, malah mengamini ide destruktif dan memperkosa keharmonisan alam itu. Mestinya rakyat yang mereka jadikan prioritas, disejahterakan, dipenuhi hak-hak mendasarnya sebagai warga negara. Patut diduga mereka disuapi pundi-pundi, hendak memperkaya diri sendiri. Bau amis korupsi amat menyengat di sini.
âKami, rakyat, menginginkan perubahan. Rakyat kecil sudah muak diperalat dan dijadikan sapi perah. Stop eksploitasi adat, budaya, dan alam rumah kami!â lanjut Vendetta dengan penuh rasa sebal lagi kesal.
Lagu ini sendiri bermula dari momen sederhana. Diawali oleh Soundbwoy Dodix, DJ yang khusus menekuni jalur Dub, Reggae, serta rupa-rupa chunesJamaika, iseng berkutat dengan samples drum, gitar, dan beberapa instrumen lain. Lalu ia perdengarkan komposisi sederhana tersebut kepada Andy Philipus dan Zio. Diselipi pula lagu-lagu Dub dari Augustus Pablo sebagai referensi.
Saat Andy dan Zio telah siap dengan aransemen masing-masing lewat bas, organ, dan pianika, Dodix yang juga adalah Operations Manager Superman Is Dead ini terinspirasi untuk menambahi puisi. Diajaknyalah karib yang ia tahu benar menggilai puisi: Vendetta. Paduan empat kekuatan inilah yang kemudian melahirkan âSpeaker Separatisâ. Topiknya pun gamblang: penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa.
Mengingat khalayak blantika musik Indonesia yang belum terlalu akrab dengan Dub Jamaika, sebagai daya tarik, ditambahilah kemudian elemen visual berupa videoklip. Erick Est selanjutnya diminta menjadi sutradara. Kebetulan sosok tenar yang telah lintang pukang di urusan gambar bergerak ini aktif terlibat di gerakan Bali Tolak Reklamasi. Tak heran, dari segi konten gambar, tampak footage aksi-aksi tolak reklamasi Teluk Benoa berceceran di sana-sini.
âSemoga kehadiran âSpeaker Separatisâ ini bisa menjadi energi tambahan bagi gerakan Bali Tolak Reklamasi,â ungkap Dodix saat ditanya soal harapan ke depannya.
Oh, merasa familiar dengan suara Vendetta? Ya, benar sekali, ia adalah JRX, penabuh drum Superman Is Dead.
Angkat jari tengah tinggi-tinggi ke atas!
Lawan!
SPEAKER SEPARATIS.
Kontributor:
Soundbwoy Dodix – dub organizer
Brozio Orah – bas
Andy âPretty Boyâ Philipus – organ dan pianika
Vendetta – puisi dan jari tengah
Narasi oleh Rudolf Dethu
Diproduseri oleh Pukulrata Records.
Dikerjakan di Melodramatic Studio.
Mixing dan mastering oleh Mangde Ripper Clown.