↓ For English version please scroll down
Perkenalkan: tristan. Memilih folk alternatif sebagai suguhan unggulan, paguyuban berkesenian beranggotakan dua pria, Andrie Ridwan (biduan, penulis lagu) serta Andrew Hutasoit (multi instrumentalis, komposer) ini baru saja beberapa pekan silam menerbitkan album perdananya, HOME.
Andrie dan Andrew sejatinya telah berkawan dan berpadupadan di bidang musik sejak remaja. Kala harus berpisah menempuh pendidikan ke luar Jakarta setelah masa SMA pun keduanya masih giat bermusik di lingkungan barunya masing-masing—walau tanpa membuahkan karya berarti. Saat balik lagi ke ibukota, sebelas tahun kemudian, mereka merajut kembali benang persahabatan hingga berlanjut pada munculnya keseragaman visi, terealisasikan lewat kelahiran album mini berhiaskan 5 tembang plus kesepakatan menggunakan nama tristan sebagai identitas.
Secara etimologis, “tristan” bermakna kesedihan, sendu-pilu, rasa lara. Namun bagi dwi musisi ini tristan lebih diartikan sebagai rumah, tempat dimana mereka merasa nyaman menemukan diri melalui guratan lirik dan nada. Keyakinan itu lalu direfleksikan saat meluncurkan album debutnya dengan memberinya judul: HOME.
Bertaburkan 11 lagu dan dirilis via label indie demajors, nyaris semua yang tertuang di HOME berlirik Inggris. Hanya satu yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan bertajuk “Jelang Malam”. Yang menarik, justru komposisi dalam negeri ini yang mengantarkan tristan menjulang di puncak tertinggi jenjang tembang indie sebuah radio di Jakarta. Direkam seluruhnya di rumah dengan menggunakan teknik home-recording, tristan mengklaim pekat dipengaruhi oleh musisi dari rumpun sejenis seperti The Beatles, Radiohead, Nick Drake, Jon Brion, pula Brooke Fraser.
Andrie, yang bertugas menjaga kewibawaan syair di institusi tristan, mengungkapkan bagaimana ia mencoba menangkap kegelisahan dari kehidupan sehari-hari kemudian menuangkannya dari bermacam sudut pandang. “Lirik yang sederhana,” tambah Andrie, “Namun memliki makna yang mendalam secara universal, melodi dan harmoni yang mudah dicerna tapi tidak murahan, musik yang dimainkan secara jujur dari hati tanpa ada gangguan dari mana pun, itulah modal utama tristan untuk memperkenalkan diri kepada dunia.”
“Kami bukan ingin menghibur orang-orang, karena bukan itu yang sesungguhnya mereka butuhkan saat ini. Yang mereka butuhkan sebenarnya inspirasi dan harapan, bukan sekadar hiburan banal yang bertujuan hanya untuk memberikan kesegaran sesaat,” pungkas Andrie dengan tegas.
Simak lebih dekat dinamika tristan lewat situs resmi demajors www.demajors.com atau ikuti pergerakannya menit ke menit di Twitter melalui @tristanologi.
English version
Here comes tristan, an alternative folk duo who are currently much-loved by many young adult Jakartans. Two high-school friends are the main members, Andrie Ridwan (singer, songwriter) and Andrew Hutasoit (multi-instrumentalist, composer), and they have just released their full-length debut album, HOME.
Consisting of 11 songs, only one is written in Indonesian, the rest are in English. However, the Indonesian one, “Jelang Malam”, was instantly appreciated by the Indonesian public and has reached top position on one of Jakarta radio’s indie charts.
Released under the flag of demajors records, all of the album materials were intimately recorded at home, using what the band calls their “home-recording” technique. Presenting “Songbird” as their first single, tristan music style is, according to them, heavily infected by The Beatles, Radiohead, Nick Drake, Jon Brion and Brooke Fraser.
Keep yourself updated by visiting www.demajors.com frequently, and following the band on Twitter at @tristanologi.
________________________
*This article was firstly published on The Beat (Jakarta) #66, June 11-24, 2012