LONDON CALLING 39TH ANNIVERSARY

Tepat pada 14 Desember 1979 London Calling dirilis. Album dobel ini adalah yang ke-3 dari grup asal Inggris The Clash. Pun London Calling merupakan salah satu mahakarya di skena punk rock pada khususnya, serta belantika musik cadas pada umumnya.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Happy 39th anniversary, London Calling!

Tepat pada 14 Desember 1979 London Calling dirilis. Album dobel ini adalah yang ke-3 dari grup asal Inggris The Clash. Pun London Calling merupakan salah satu mahakarya di skena punk rock pada khususnya, serta belantika musik cadas pada umumnya.

London Calling menjadi menarik karena pada titik ini The Clash menunjukkan minat besar pada genre di luar punk rock. Joe Strummer, Mick Jones, Paul Simonon (ia baru saja berulang tahun kemarin, 15 Des!), dan Topper Headon mulai merambah reggae, ska, R&B, pop, lounge jazz, hingga rockabilly. Eksplorasi yang sedemikian lebar, sebuah hal yang jarang—bahkan belum pernah—dilakukan oleh grup punk rock mana pun di masa itu.

Dianugerahi peringkat ke-8 dalam daftar 500 Greatest Albums of All Time versi Rolling Stone, grup asal London ini pun menjadi fenomena spesial karena justru menolak menjadi nihilis sebagaimana umumnya band punk rock di era tersebut. Joe Strummer dan Rekan menunjukkan kepedulian tinggi pada isu-isu sosial.

Video yang disisipkan di sini merupakan konser mini Arcade Fire di acara BBC – The Culture Show, 2007. Mereka mereinterpretasi tembang reggae “The Guns of Brixton” yang masuk di album London Calling. Di lagu aslinya Paul Simonon yang biasanya bermain bas berpindah memainkan gitar sekaligus bertanggung jawab di departemen vokal.

Kentalnya warna reggae di “The Guns of Brixton” karena di Brixton, London selatan, tempat tumbuhkembangnya Paul Simonon memang banyak terdapat imigran Jamaika. Liriknya sendiri bersinggungan dengan huru-hara yang terjadi di Brixton di tahun 1981.

Dibanding gita-gita yang ada di London Calling tampaknya “The Guns of Brixton” yang paling banyak disenandungkan ulang oleh para musisi. Dengan berbagai versi, mulai dari jazz, electronica, hingga punk rock. Tercatat ada Nouvelle Vague, Jimmy Cliff, Anti-Flag, Die Toten Hosen, dsb. Malah di YouTube ada orang dengan telaten mengkompilasi lagu-lagu cover “The Guns of Brixton” dari bermacam genre.

Oh, happy belated birthday, Paul Simonon!

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top