Max Havelaar – Tumaritis

Setelah menyelesaikan seluruh proses rekaman, akhirnya Max Havelaar akan mengeluarkan debut full albumnya di awal Februari 2016.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Max-Havelaar-tumaritis-mnpg

Setelah menyelesaikan seluruh proses rekaman, akhirnya Max Havelaar akan mengeluarkan debut full albumnya di awal Februari 2016. Debut album yang berisikan 9 lagu akan dilepas dalam bentuk fisik dan digital. Setelah melepas single “Suara Kita Suara Tuhan”, Max Havelaar mengeluarkan single “Tumaritis” untuk perkenalan debut albumnya. Lagu Tumaritis yang berdurasi 6 menit 57 detik ini direkam dengan memakai musisi tamu: Akbar dari Efek Rumah Kaca di drums dan Ria Septiani dari AreYouAlone di suara langgam. Lagu ini dimixing oleh Ario Hendarwan, dimastering oleh Indra Q dan artwork dikerjakan seniman dari Bandung: Rere.

Lirik lagu “Tumaritis” adalah tentang pertanyaan dan kegundahan tentang bagaimana konsep perikehidupan yang sering kita terima seringkali berseberangan dengan kondisi yang kita hadapi. Dari dulu kita banyak menerima cerita dari orang tua, guru,buku-buku dan kitab-kitab tentang kerukunan, keramahan dan kehebatan bangsa kita. Tapi ketika kita dihadapkan dengan berbagai peristiwa pembunuhan, perusakan dan pelarangan atas nama politik, agama dan moral, banyak pertanyaan yang terus menggantung di benak kita.

Tumaritis adalah mitologi di dalam dunia pewayangan yang secara turun temurun di turunkan oleh leluhur kita. Tumaritis adalah tempat idaman dimana semua kebaikan (juga keburukan) hidup berdampingan secara harmonis. Tumaritis adalah tempat dimana kita bisa hidup ideal, berdampingan satu sama lain tanpa pernah merasa takut akan perasaan untuk ditindas

Tumaritis adalah harapan….

Untuk memperdengarkan, silahkan ke: www.suaramaxhavelaar.com

• Tulisan di atas disalin langsung dari rilis pers resmi Max Havelaar

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

RUDOLF DETHU

Scroll to Top