Negara dalam Keadaan Bahaya

Aktivis hiphop mbalela Marzuki Mohammad alias Kill the DJ kali ini datang bersuara lantang, mengingatkan semua orang bahwa negeri ini sedang limbung dan goyang lewat tembang "Negara dalam Keadaan Bahaya". Sangat direkomendasikan untuk disimak serta silakan diunduh bebas bea.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Sepucuk Surat

NEGARA DALAM KEADAAN BAHAYA

Saya, Marzuki Mohamad a.k.a Kill the DJ, penggagas Jogja Hip Hop Foundation (JHF), dengan segala kerendahan hati me-release sebuah single berjudul “Negara dalam Keadaan Bahaya”. Secara singkat, lagu ini adalah semacam surat saya sebagai rakyat Indonesia untuk para penyelenggara negara agar benar-benar menjalankan amanat yang telah diberikan oleh rakyatnya. Terus terang saya lelah, dan kehilangan selera ngoceh perihal berbagai wacana dan isu besar melalui social media. Melalui lagu ini, saya kembali mengambil peran saya sebagai seniman, yaitu berbicara dengan karya.

Tema single ini meneruskan singlesingle sosial politik saya sebelumnya; “Cicak Nguntal Boyo” dan “Busung Lapar di Lumbung Padi”, yang memang sengaja diciptakan untuk mendukung sebuah gerakan. Seperti juga saya menulis lirik “Jogja Istimewa” yang kemudian menjadi soundtrack bagi berbagai gerakan rakyat Yogyakarta.

Dari sisi musikalitas, ini adalah proyek solo yang saya gunakan untuk sejenak beristirahat dan mengambil jarak dari berbagai proyek JHF yang selalu mengulik literatur Jawa dan musik hip hop bernuansa tradisional Jawa. Saya butuh sesuatu yang segar untuk bisa kembali suntuk dengan bahasa dan tradisi Jawa. Saya memilih energi old school hip hop yang didominasi suara real drum, string, dan piano dengan menghindari nada-nada pentatonis. Saya juga memilih reffrain, bukan hook hip hop seperti biasanya.

Artinya, ijinkan saya sedikit menyanyi, meskipun saya tahu, bahwa saya tidak mempunyai suara bagus untuk menyanyi. Semua liriknya juga berbahasa Indonesia, meskipun saya tahu, bahwa saya tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Saya juga memilih menyusun kalimat yang sangat verbal, karena tanda-tanda dan simbol sudah sedemikian membosankan dalam tema sosial-politik.

Sebenarnya saya sudah menyiapkan beberapa lagu untuk sebuah album solo dengan gaya dan tema seperti tersebut di atas, yang semula saya rencanakan untuk di-release akhir tahun 2011 ini, sebelum kembali sibuk dengan jadwal padat untuk berbagai proyek dan tur di luar negeri bersama JHF tahun depan. Tapi dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran, saya merasa mendesak untuk segera merilis single “Negara dalam Keadaan Bahaya” terlebih dahulu. Ini sudah menjadi resiko dari cara saya berkarya, karena hampir semua inspirasi diambil dari situasi sosial di lingkungan sekitar saya.

Semoga lagu yang saya ciptakan berguna.

Salam,
Kill the DJ

Negara dalam Keadaan Bahaya ~ Kill the DJ

Lirik

NEGARA DALAM KEADAAN BAHAYA

…Jangan bertanya apa yang negara berikan kepadamu, tapi kenapa tidak memberikan apa-apa dari dulu…

Hook
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa

Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena penguasa dan mafia bekerjasama
Demokrasi digadaikan dan tersandra
Di mimbar mengumbar janji
Janji bohong dan bohong lagi
Rakyat sudah lelah memaklumi
Mau dibawa kemana negeri ini?
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Politisi tan moral dan etika, pamer kebusukan di media, rakyat hanya bisa mengelus dada
Wakil miring di gedung rakyat
Bersatu padu dalam kongsi jahat
Musyawarah mufakat untuk menipu rakyat
Lupa siapa yang memberi amanat

Hook
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan Bahaya
Karena penguasa lupa dasar negara
Di balik jubah agama menipu Tuhan pun bisa
Minoritas beribadah dalam ancaman
Negara gagal memberi rasa aman
Bhineka Tunggal Ika mati di Jalanan
Inilah orde pembangunan jalan menuju kehancuran
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena tanah kaya bukan lagi milik rakyatnya
Mereka tersingkir dari tanah leluhurnya
Warga mendesak perubahan di Jakarta
Tapi di daerah ada yang ingin merdeka
NKRI adalah omong kosong belaka
Tanpa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Hook
Lagu ini adalah surat dari rakyat
Kepada para pemegang amanat
Cinta rakyat pada negeri ini tanpa syarat
Hingga badan dikandung hayat
Lihatlah rakyat terus bekerja
Susah payah terus memupuk asa
Bercerminlah di kalbu mereka
Maka akan kau pahami apa itu Indonesia

Hook
Anak negeri yang mati di lumbung padi
Mengirim kabar pada pertiwi
Negara gagal melindungi kami
Masyarakat adil makmur hanya mimpi

__________________

Sejarah Kata-Kata

Seperti dalam lagu “Busung Lapar di Lumbung Padi”, dalam lagu kali ini pun saya juga meminjam beberapa kalimat dari timeline twitter atau dari sumber lain yang pernah dipublikasikan oleh seseorang. Dan atas nama etika, saya selalu menyampaikan bahwa saya menggunakan kata-kata tersebut kepada yang bersangkutan.

Judul “Negara dalam Keadaan Bahaya” juga pernah digunakan oleh Melancholic Bitch (@simelbi) sebelumnya. Tapi masih berupa draft/demo. Saya pernah bertukar pikiran denga Ugoran Prasad (vokalis @simelbi) tentang hal ini sebelum Ugo akan menulis lagu itu dan ketika saya menulis lagu versi saya. Sebenarnya reffrain-nya saya meminta dia untuk mengisi, tapi karena miskoordinasi, dia keburu pergi ke Amsterdam. Dalam hal lirik, dalam tema sosial-politik saya selalu memilih kalimat verbal dan frontal, bahkan hingga berusaha untuk menghindari istilah-istilah intelek, dengan tujuan agar bisa dipahami oleh orang awam sekali pun. Dalam hal ini Ugo memberikan dukungan sepenuhnya berkaitan dengan urgensi komunikasi.

Kalimat ini dari twit @lantip “Jangan bertanya apa yang negara berikan padamu, tapi kenapa tidak memberikan apa-apa dari dulu” pas seorang TKI dipancung di Arab Saudi

Kalimat ini dari @roysayur “Wakil miring di gedung rakyat” pas ramai-ramainya kasus Bank Century.

“Kongsi Jahat” itu nama semacam organizer underground dari kota Yogyakarta (@dasojie @masgufi)

“Lihatlah rakyat terus bekerja, tiada kata putus asa, cintanya pada negeri tanpa syarat” itu dari tulisan @aniesbaswedan di harian Kompas (25 Juli 2011) berjudul “Peringatan Untuk Pemimpin”.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top