search

Pompadour D’amour: Dari Rambut Turun Ke Hati

Jika seksama diperhatikan ada satu paguyuban senandung yang kiprahnya sedang moncer di skena musik alternatif Nusantara: The Hydrant. Selain merupakan pionir di kancah rockabilly negeri ini, terdapat pula hal unik yang menjadi ciri khas kuartet asal Bali tersebut yaitu rambut klimis dan rapi jalinya.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Jika seksama diperhatikan ada satu paguyuban senandung yang kiprahnya sedang moncer di skena musik alternatif Nusantara: The Hydrant. Selain merupakan pionir di kancah rockabilly negeri ini, terdapat pula hal unik yang menjadi ciri khas kuartet asal Bali tersebut yaitu rambut klimis dan rapi jalinya.

thehydrant-mymusicisrocknroll-cover

Gaya menyisir rambut ke belakang dengan dibubuhi minyak rambut berlebih serta cambang melintang yang mengingatkan kita pada Elvis Presley atau personel Stray Cats serta John Travolta di film Grease itu memiliki sebutan spesifik: Pompadour.

Sebutan berbau borjuis itu memang berasal dari Perancis, tepatnya diambil dari wanita penari merangkap penyanyi terhormat bernama Madame de Pompadour. Trend rambut ini sendiri mulai populer di tahun 50-an. Biduan seperti Elvis Presley, Jerry Lee Lewis, Johnny Cash, Buddy Holly, Little Richard serta aktor macam Marlon Brando dan James Dean adalah figur-figur penting penganut model rambut yang sering disebut juga sebagai pomp ini.

Konsep penataan rambutnya sendiri adalah dengan menyisir rambut bagian pinggir dan depan penuh ke belakang menggunakan pomade/minyak rambut, lalu bagian depan agak ditarik kembali ke depan agar terbentuk jambul yang menjulang. Untuk rambut ikal, bagian depan rambut ditarik sedikit agar muncul aksen keriwil. Sebagian orang menerapkan gaya ini pada rambut yang lebih pendek yaitu model Flattop dipadukan dengan pomp yang menghasilkan apa yang dikenal dengan Quiff. Kontingen seniman yang menjadikan Quiff sebagai identitas lugasnya bisa disebut di antaranya, yang paling kontekstual, ia baru saja tampil di Jakarta: Morrissey. Selain itu tentu Joe Strummer (The Clash), Martin Fry (ABC), John Travolta—berakting sebagai Danny Zuko—di film Grease, dsb.

Morrissey dan gaya khas Quiff. | Foto: morrissey-solo.com
Morrissey dan gaya khas Quiff. | Foto: morrissey-solo.com
Quiff yang jadi ciri Travolta di film Grease. | Sumber foto: fanpop.com
Quiff yang jadi ciri Travolta di film Grease. | Sumber foto: fanpop.com

Sementara itu di jazirah Psychobilly gaya rambut ini diimprovisasikan lebih radikal, dengan fondasi punk rock yang kuat yaitu gaya Mohawk ditabrakkan dengan Quiff yang melahirkan Psychobilly Wedge alias. Vamp Ramp. Dan kolektif The Sharks pernah bersenandung soal ini dalam lagunya “Take a Razor to Your Head”—yang notabene juga sebagai respons terhadap pergerakan subkultur Teddy Boy.

When your Mom says you look really nice
When you’re dressed up like a Ted
It’s time to follow this cat’s advice
Take a razor to your head

Kim Nekroman, sosok penting dalam penyebaran gaya rambut Vamp Ramp.
Kim Nekroman, sosok penting dalam penyebaran gaya rambut Vamp Ramp.

Untuk menghasilkan pomp yang kuat, tahan lama, bahkan “kedap Tsunami”, minyak rambut yang sering dipakai biasanya keluaran Brylcreem, Black & White Pluke, Murrays, atau Layrite.

Murray's nan legendaris.
Murray’s nan legendaris.

Dalam perkembangannya, selain artis Rockabilly beserta subgenrenya, para penyuka Tango Argentina, penggemar mobil antik, pengendara motor besar (Greasers), hot rodders, sub kultur Mexican-American (utamanya Cholo) pula Italian-American (utamanya para Guido di sekitar Bronx, Brooklyn, Queens, New Jersey, Baltimore, dan Boston), hingga sebagian dari anggota Yakuza di Jepang intens mengadopsi gaya rambut ini.

Salah satu sosok utama di awal-awal menjalarnya gaya Pompadour: James Dean. | Sumber foto: thefashionisto.com
Salah satu sosok utama di awal-awal menjalarnya gaya Pompadour: James Dean. | Sumber foto: thefashionisto.com

Nah, tonton video berikut untuk petunjuk lebih detail demi hasil Pompadour a la Travolta:

• Artikel yang saya tulis ini pertama kali tayang di Supermusic ID
• Foto Stray Cats dipinjampakai dari It’s Only Rock ‘n Roll

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

RUDOLF DETHU

Scroll to Top