Unity For Aceh

Ketika terjadi bencana, kala korban beruntun berjatuhan, yang dibutuhkan adalah gerak cepat, segera mengulurkan tangan menolong, membantu yang kesusahan. Sekarang. Sekarang juga.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

UNITY FOR ACEH

Rilis Pers

Ketika terjadi bencana, kala korban beruntun berjatuhan, yang dibutuhkan adalah gerak cepat, segera mengulurkan tangan menolong, membantu yang kesusahan. Sekarang. Sekarang juga.

Demikian latar belakang utama dari munculnya inisiatif Unity for Aceh ini. Malapetaka di Serambi Mekkah yang ke sekian kalinya ini sudah tak bisa lagi hanya berhenti dengan sekadar #prayforaceh. Atau mengunggah di media sosial informasi seberapa nestapa situasi terkini.

Korban tewas yang sudah melebihi 100 orang, kerusakan alam dan bangunan dengan kerugian milyaran rupiah, minimnya ketersediaan air bersih, pelayanan kesehatan yang belum maksimal, trauma serta faktor-faktor psikososial lainnya harus ditanggapi dengan sigap serta prioritas teratas.

Guna merespons tragedi dengan urgensi sedemikian tinggi maka kami yang berada jauh dari Aceh, yang paling efektif dan masuk akal dilakukan adalah mengajak kawan-kawan bersatu bahu membahu mengumpulkan dana, menangguk uang sumbangan dari para sahabat, rekan-rekan, jajaran orang yang peduli pada kemanusiaan dan besar cinta kasih pada sesamanya. Kami pikir pertolongan dalam bentuk uang akan lebih baik dibanding yang lain semisal mie instan, baju-baju bekas, dsb; sebab kami menghindari bantuan yang nantinya menjadi mubazir akibat salah prediksi.

Strategi pengumpulan donasi kami laksanakan lewat beragam program. Yang pertama adalah pertunjukan musik yang melibatkan musisi-musisi lokal terhormat yaitu Superman Is Dead, Navicula, Joni Agung & Double T, Bintang, Geekssmile, Rombong Reggae, Sandrayati Fay, Zat Kimia, dan Emoni.

Selain itu, acara yang diselenggarakan di salah satu sentra kuliner dan ruang berkesenian paling populer di Bali saat ini, Rumah Sanur, ini juga mengadakan lelang sepeda lowrider, perangko langka, karya seni, pun sosialisi + sesi tanya jawab seputar gempa bersama BMKG.

Tiket dijual seharga Rp75 ribu (presale) dan Rp100 ribu (on the spot). Seluruh hasil penjualan tiket dan barang-barang nantinya akan disalurkan lewat ACT — Aksi Cepat Tanggap untuk diteruskan kepada korban gempa Aceh.

Bersatu untuk Aceh, atas nama kemanusiaan, demi merawat warna-warni Indonesia!

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

SHADEN
Barangkali mengejutkan, tembang power pop “Dunia Belum Berakhir” oleh Shaden yang dirilis di tahun 2000 ini oh-ternyata punya peran lumayan signifikan di skena punk rock Bali Selatan, utamanya Twice Tape Shop (jalan raya Legian). Anak skena macam Superman Is Dead, Jihad (sebelum berubah nama ke The Dji Hard), Emocore Revolver, Commercial Suicide, dsb, mereka adalah saksi kunci.
Scroll to Top