search

#KURANGIRESIKO MENYAMBANGI TABANAN

Beberapa pekan silam, 28 Sep 2019, gerakan #KurangiResiko bergandengan tangan dengan komunitas Malu Dong menyambangi kota Tabanan. Ini merupakan lanjutan dari aksi penetapan wilayah boleh merokok (Designated Smoking Area) dengan memancangkan sejumlah asbak besar di lokasi-lokasi strategis setelah sebelumnya dilakukan di Denpasar (pantai Sanur dan sekitarnya) serta Karangasem (pelataran Pura Besakih).
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Beberapa pekan silam, 28 Sep 2019, gerakan #KurangiResiko bergandengan tangan dengan komunitas Malu Dong menyambangi kota Tabanan. Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu, secara umum, melebarkan gaung gerakan serta, secara khusus, memasang asbak besar di beberapa titik di sekitar kota Tabanan seraya menetapkan Designated Smoking Area.

Senada dengan yang sudah-sudah yaitu di pantai Sanur serta pelataran pura Besakih di bulan Juli dan Agustus silam, kegiatan di Tabanan pun dimulai dengan bersih-bersih khususnya memunguti puntung rokok serta sampah plastik. Wilayah yang disasar berada di sekitar Gedung Kesenian I Ketut Maria (dahulu dikenal sebagai Gedung Mario) hingga melebar ke area patung Garuda Wisnu Serasi.

Berlangsung sekitar sejam, acara lalu berlanjut dengan pemancangan asbak besar di pelataran Gedung I Ketut Maria sekaligus meresmikan kawasan merokok (designated smoking area). Empat asbak besar lainnya akan dipancangkan di beberapa tempat terpisah yaitu taman kota, lapangan Alit Saputra, kantor bupati, serta kantor DPR. Tujuan pemasangan asbak ini gamblang yaitu (1) mengurangi risiko sampah berupa puntung rokok yang berlimpah mengotori area sekitar serta (2) menekan terdampaknya para perokok pasif.

Saat matahari terbenam aktivitas bergeser ke panggung besar yang berposisi di bagian depan patung Garuda Wisnu Serasi. Dari kegiatan yang lebih mengandalkan fisik kini beralih ke optimalisasi otak: gelar wicara (talk show) tentang #KurangiResiko dalam konteks lokal. Praktik macam apa yang anak muda serta aparatur sudah atau akan lakukan. Tergambar bahwa rakyat dan pemerintah setempat cukup serius dalam penanganan plastik sekali pakai. Ini sekaligus dalam rangka menyambut Peraturan Gubernur no. 97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Acara kemudian dilanjutkan dengan program hiburan berupa kesenian tradisional, musisi lokal, dan ditutup oleh unjuk aksi green grunge gentlemen, Navicula, yang sepanjang pertunjukan menggelorakan semangat gerakan #KurangiResiko.

“Kurangi Resiko artinya di mana pun kamu berada, apa pun yang kamu lakukan, kamu harus memikirkan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Seperti misalnya di mana pun kamu bepergian sebisa mungkin untuk tidak menghasilkan sampah di tempat itu. Dan juga bertanggung jawab dengan menggunakan plastik sekali pakai misalnya. Seperti membawa tas sendiri, tumbler minuman sendiri, dan juga mengurangi penggunaan-penggunaan plastik sekali pakai lainnya. Dan misalnya juga, salah satu dari campaign Kurangi Resiko ini juga meminta atau menganjurkan pada siapa pun apabila kamu perokok, itu kamu mulai memikirkan bagaimana caranya merokok itu juga tidak merugikan orang lain. Tidak membuat orang lain menjadi perokok pasif. Contohnya adalah ada beberapa solusi, misalnya merokok di tempat yang sudah ditentukan. Atau menggunakan, memilih desain-desain, atau misalnya ada desain baru tembakau alternatif yang tidak membuat orang lain menjadi perokok pasif,” jelas Robi, biduan Navicula, bersemangat.

Sampai jumpa pada 27 Oktober di Gianyar!

_______

Foto-foto adalah milik Komunitas Anak Angin dan Ayyiex.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top