Pesta Peluncuran Biografi Superman Is Dead

Superman Is Dead barangkali telah pantas digelari sebagai legenda hidup.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Superman Is Dead barangkali telah pantas digelari sebagai legenda hidup.

20 tahun sudah Bobby Kool, Jon Eka Rock, JRX, berkiprah di blantika musik Indonesia. Memulai karir profesional dengan ditonton hanya tiga orang (termasuk manajernya) hingga kini memiliki jutaan penggemar militan. Belakangan, trio asal Bali ini meraih hormat menjulang karena berada di garis depan—bukan sekadar simpatisan—dalam membela alam Bali, menolak keras rencana reklamasi Teluk Benoa.

Semua pencapaian dan kisah perjalanan yang mengesankan tersebut nyatanya belum terpublikasikan dengan baik, runut, apalagi komperehensif. Hanya sebagian termunculkan, terutama momen-momen beberapa tahun terakhir. Masih berjubel kisah yang tercecer. Kejadian-kejadian menarik di masa silam pun hampir lapuk terkubur menjadi misteri.

The book, the author, and the great rock-n-roll swindle. | Foto: Gus Wib.
The book, the author, and the great rock-n-roll swindle. | Foto: Gus Wib.

Rudolf Dethu kemudian berinisiatif mengungkap cerita-cerita mengenai tiga pria asal Bali yang penuh dikabuti mitos tersebut. Dethu bisa jadi adalah sosok paling pas untuk menuliskan serta mengisahkannya. Sekitar 7 tahun ia memanajeri Superman Is Dead. Sejak trio punk rocker itu masih menjadi pegiat kancah bawah tanah sampai bergabung dengan label rekaman raksasa. Dari sekadar pahlawan daerah hingga diakui sebagai band nasional dengan jumlah umat berlimpah.

Dethu mengajak para mantan partner kerjanya itu untuk merilis kumpulan pengalaman mereka selama berkarir di musik. Menerbitkan biografi, tepatnya. Dan dari hasil berdiskusi panjang lebar antara Dethu dengan SID tersembul ide untuk mengupas lika-liku perjalanan tersebut dengan cara membaginya menjadi beberapa bagian, bukan langsung digelontorkan kolosal dalam satu dokumen tebal. Kenapa kok why? Generasi muda terkini sudah kurang akrab dengan kebiasaan membaca tulisan panjang-panjang. Di era gilang-gemilang media sosial seperti sekarang segalanya cenderung serba ringkas, artikel isinya pendek-pendek, pesan tertulis disampaikan sering dengan cara menyingkat. Buku berat-tebal dipandang sebagai barang usang.

Ya sudah, Dethu dan SID memilih untuk mengakomodir kebiasaan mutakhir itu. Biografi dibelah menjadi beberapa biografi mini. Mirip serial The Lord of the Rings, terkesan terpisah walau sejatinya adalah satu kesatuan yang rapat. Setiap bio mini mengungkap satu atau beberapa topik khusus yang terjadi sepanjang perjalanan berkesenian SID.

Untuk seri bio mini perdana ini topiknya mengerucut pada tiga isu yang sempat brutal menghajar SID: vonis sebagai band rasis, tuduhan melacurkan diri, serta predikat sebagai musisi pendosa. Tajuk bio RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL! (RPM) sengaja dipilih guna menegaskan secara kilat-padat kemana arah pembahasan bukunya.

Dalam RPM dikupas lugas sejarah semua titel miring itu bermula. Mengapa Bob, Eka, JRX, sampai dicurigai anti orang Jawa—apa iya ada grafiti “F**k Java” yang dibikin SID di sebuah tembok di Poppies. Bagaimana bisa grup musik bentukan 1995 ini dipojokkan sebagai musisi yang telah bermufakat jahat dengan kapitalisme. Pula cibiran soal kemerosotan akhlak mereka.

Oleh Dethu semuanya dibeberkan gamblang, baik lewat penjabaran ulang memori—sentimental journey!—dan pengungkapan sudut pandang pribadi, juga menanyai kembali para nara sumber yang memang betul-betul terlibat di peristiwa tersebut. Tentu pula ditampilkan foto-foto historikal SID yang dianggap mampu agresif berbicara tentang apa yang sejatinya terjadi di masa lalu. Di tiap sub-topik lalu ditutup dengan komentar dari masing-masing personel SID, dibandingkan antara saat dahulu peristiwa tersebut terjadi dengan konteksnya di hari ini.

PunkRockBoat

Guna menyambut hadirnya bio ini maka haruslah dirayakan. Pesta peluncuran buku setebal lebih dari 250 halaman ini pun dicarikan momentum yang pas yaitu dengan dirgahayu SID yang ke-20 di bulan Agustus ini. Selebrasinya sendiri bakal dilaksanakan tiga kali di tiga tempat berbeda serta dengan tiga tema berlainan. Yang pertama pada 18 Agustus 2015 bertajuk PUNK ROCK BOAT – let’s sail ‘n read! Yang kedua, KOBIKU (Kongkow-kongkow Bicara Buku), pada 20 Agustus. Yang ketiga—sementara ini masih tentatif, sedang difinalisasi konsepnya.

PUNK ROCK BOAT akan diadakan di atas kapal pesiar Quicksilver dengan mengundang pers lokal dan nasional, undangan khusus serta publik. Sambil menonton SID tampil akustik hadirin bakal diajak berkeliling di sekitar Teluk Benoa. Ini memang disengaja, untuk mengingatkan serta memperlihatkan bahwa di tempat itulah rencana jahat reklamasi hendak dipaksakan oleh pengusaha yang dibekingi penguasa.

KOBIKU konsepnya lebih rileks: ngobrol santai dan dekat dengan saya serta trio SID di Rumah Sanur – Creative Hub yang akan ditutup dengan aksi nge-DJ oleh Jon Eka Rock.

Segala gempuran bertubi-tubi yang diterima oleh tiga sekawan itu sepanjang perjalanan karir mereka telah membentuk Superman Is Dead seperti sekarang ini, menjadikannya sabar, bijak, lagi tahan banting.

Sebab kuat kita bersinar!

Circa 2002. SID ketika mulai moncer reputasinya., kerap muncul menjadi sampul majalah.
Circa 2002. SID ketika mulai moncer reputasinya., kerap muncul menjadi sampul majalah.
Circa 2003. SID menjalani sesi pemotretan untuk promo album perdana, Kuta Rock City. | Foto: courtesy of Tiga Grafis.
Circa 2003. SID menjalani sesi pemotretan untuk promo album perdana, Kuta Rock City. | Foto: courtesy of Tiga Grafis.
Penghujung 2002. SID menjadi salah satu grup paling dinanti di acara peringatan Bom Bali I.
Penghujung 2002. SID menjadi salah satu grup paling dinanti di acara peringatan Bom Bali I.
SID menjadi salah satu grup paling ditunggu di pensi legendaris, PL Fair.
SID menjadi salah satu grup paling ditunggu di pensi legendaris, PL Fair.
Usulan judul dan sub-judul buku di masa-masa awal.
Usulan judul dan sub-judul buku di masa-masa awal.
Opsi alternatif untuk sampul bio SID. Sama-sama karya sesepuh media dan komunikasi di negeri ini, Ayip Budiman.
Opsi alternatif untuk sampul bio SID. Sama-sama karya sesepuh media dan komunikasi di negeri ini, Ayip Budiman.

______________

RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL!
Tiga Kontroversi Besar, Melelahkan, & Nyaris Mematikan Karir Bermusik Superman Is Dead

Tanggal terbit: 18 Agustus 2015
Penulis: Rudolf Dethu
Editor: Dani Satrio
Halaman: 266
Penerbit: CV Kuat Kita Bersinar

Kontak: [email protected]

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

TBFU SG - Blog cover
The 2nd edition of TBFU, SUICIDE GLAM, depicts the narrative of a clothing line that has shook up not only the fashion scene, but also pop culture in general.
Scroll to Top