search

Rock-n-Roll Exhibition: WENING GITOMARTOYO

Edition: October 19, 2011Rock-n-Roll-Exhibition: WENING GITOMARTOYOBest Days:: Playlist, intro, song descriptions, and photos, handpicked and written by Wening herself :: HALO, KAWAN Pertama-tama, terima kasih untuk yang tersohor Rudolf Dethu atas undangannya untuk membuat pameran musik ini. Saya kerap merasa gugup saat membuat playlist atau mixtape/CD, karena pasti saya akan berlaku ceroboh alias ada saja yang terselip atau malah menyertakan lagu yang nantinya saya sesali. Berhubung saya sudah jarang membuat mixtape/CD untuk kawan-kawan, ini saya buat untuk (ceritanya) kawan baru alias sebagai sarana berkenalan sekaligus untuk kawan lama. Kurang lebih inilah lagu-lagu dalam keseharian saya, yang membuat saya menangis, terkagum-kagum, sampai bergoyang halus di balik meja kantor. Ada beberapa nama kegemaran yang tak tercantum, seperti Cocteau Twins atau David Gates, tapi tak menyebutkan bukan berarti tak mencintai (walau bukan lantas berarti saya suka Nicki Minaj). Semoga menikmati. Radio streaming live: http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Edition: November 02, 2011

Rock-n-Roll-Exhibition: WENING GITOMARTOYO
Best Days

:: Playlist, intro, song descriptions, and photos, handpicked and written by Wening herself ::

HALO, KAWAN

Pertama-tama, terima kasih untuk yang tersohor Rudolf Dethu atas undangannya untuk membuat pameran musik ini. Saya kerap merasa gugup saat membuat playlist atau mixtape/CD, karena pasti saya akan berlaku ceroboh alias ada saja yang terselip atau malah menyertakan lagu yang nantinya saya sesali. Berhubung saya sudah jarang membuat mixtape/CD untuk kawan-kawan, ini saya buat untuk (ceritanya) kawan baru alias sebagai sarana berkenalan sekaligus untuk kawan lama. Kurang lebih inilah lagu-lagu dalam keseharian saya, yang membuat saya menangis, terkagum-kagum, sampai bergoyang halus di balik meja kantor. Ada beberapa nama kegemaran yang tak tercantum, seperti Cocteau Twins atau David Gates, tapi tak menyebutkan bukan berarti tak mencintai (walau bukan lantas berarti saya suka Nicki Minaj). Semoga menikmati.

The Playlist:

01. Love Song for the Dead Che – The United States of America
Dari pertama kali dengar sampai sekarang, lagu ini selalu membuat saya bergetar. Dan selalu ada rasa ganjil di balik keindahannya. Tidak tahu apa.
The United States of America/1968

02. You’ve Lost That Lovin’ Feeling – Elvis Presley
Populer dibawakan oleh The Righteous Brothers tapi saya tak pernah terlalu hirau. Itu berubah setelah saya mendengar seluruh pembawaan emosi Elvis di lagu ini: suaranya yang tebal mengangkut rasa sedih dan gusar. “Something beautiful dying”, dan kau tak punya kuasa atas itu.
As Recorded at Madison Square Garden/1972

03. I Just Don’t Know What to Do with Myself – Dusty Springfield
Saat kita tak tahu bagaimana melepas patah hati, Dusty Springfield menyuarakannya: ia berlantun halus, lalu perlahan semakin kencang, sampai akhirnya ia melolong dan menjeritkan, “If love ever turns you down/Come back, I will be around.”
I Just Don’t Know What to Do with Myself/1964

04. We’re Almost There – Michael Jackson
Sebenarnya sulit memilih satu lagu Michael Jackson di antara banyak (sekali) lagunya yang saya gilai, misalnya “I Wanna Be Where You Are”, “Happy” atau “Got to Be There”. Kenapa akhirnya “We’re Almost There”? Mungkin karena lagu ini mencampurkan mayor dan minor dengan bagusnya. Mungkin juga karena lagu ini bicara soal harapan.
Forever, Michael/1975

05. It Must Be Him – The Lennon Sisters
Ini juga soal harapan, tapi yang tak kesampaian. Lagu yang manis tapi liriknya membuat susah hati, dan vokal mereka mampu menyampaikan itu.
Among Our Souvenirs/1994

06. Eternally – Sarah Vaughan
Charlie Chaplin menulis lagu-lagu cinta yang sangat indah, termasuk yang satu ini.
Golden Hits/1990

07. Hung Up on A Dream – The Zombies
Lagu ini buat saya rasanya seperti terbangun dari tidur siang yang tak sengaja dan segalanya masih kabur, entah mana yang mimpi atau kenyataan. Persis seperti judulnya.
Odessey and Oracle/1968

08. I Saw The Light – Todd Rundgren
Lagu dan lirik ini ibarat kuncup bunga yang sebentar lagi mekar, seperti perasaan yang menderu-deru tiap kali berdekatan dengan si dia. “My feelings for you/Were just something I never knew/Till I saw the light in your eyes.”
Something/Anything?/1972

09. Oh Girl – The Chi-Lites
Suara harmonika di bagian awal itu selalu bikin saya miris. Kalau sedang ingin memanjakan melankolia, ini lagu yang sempurna.
A Lonely Man/1972

10. By the Time I Get to Phoenix – Glen Campbell
Suara Glen Campbell kuyup dengan rasa sedih dan berat hati di sini, dan untuk itu ia diganjar dua piala Grammy untuk Best Vocal Performance (Male) dan Best Contemporary Male Solo Vocal Performance (1967).
By the Time I Get to Phoenix/1967

11. All I Ever Wanted – Meg Baird
Lagu aslinya oleh New Riders of the Purple Sage. Versi Meg Baird lebih minimalis. Salah satu juara bergilir sebagai lagu pengerat perasaan dalam kamus saya.
Dear Companion/2007

12. Make Your Own Kind of Music – Cass Elliot
Tahu lagu ini dari salah satu film favorit sepanjang masa, Beautiful Thing (1996). Lirik dengan kata-kata sederhana tapi berdaya pengaruh hebat. Semacam lagu kenegaraan buat saya.
Make Your Own Kind of Music/1969

13. Don’t Worry Baby – The Beach Boys
Saya agak sulit memilih antara lagu ini atau “All This is That” juga “Please Let Me Wonder”, misalnya. Tapi inilah lagu pertama The Beach Boys yang saya dengar. Hanya butuh dengar 30 detik pertama untuk tahu saya akan selalu suka lagu ini. Dan ya, “Don’t worry, baby/Everything will turn out alright” mungkin adalah pesan yang ingin saya sampaikan ke saya sendiri.
Shut Down Volume 2/1964

14. Since I Left You – The Avalanches
Salah satu lagu paling menyenangkan dan sekaligus paling brilian, karena dirangkai dari ratusan (ribuan?) sample lagu-lagu lama. Hasilnya adalah warna musik ’70-an groovy dan satu baris lirik yang diulang dan diulang. Cinta saya pun berulang dan berulang.
Since I Left You/2000

15. Lenggang Puspita – Achmad Albar
Sang vokalis sangar itu menyanyikan lagu cinta tentang mencuri-curi pandang dari antara rerumpunan bambu juga mengaku resah tak berdaya? Dan hei, ia berhasil.
Gilang Indonesia Gemilang/1986

16. Hanya Untukmu – Rafika Duri
Lagu cinta yang manis dengan beberapa bagian progresif yang sungguh membuat saya bertekuk lutut. Lagu ciptaan A. Riyanto ini tak mengada-ada walau jelas bersalut gula: “Semoga kau terima getar hatiku”.
Hanya Untukmu/1978

17. I Don’t Know How to Love Him – Yvonne Elliman
Lagu yang saya dengar saat retret semasa SMP dan terus terbawa sampai sekarang. Jatuh cinta pada Yesus tak pernah terdengar seindah dan sesedih ini.
Jesus Christ Superstar/1970

18. Wuthering Heights – Kate Bush
Vokal akrobatik dan suasana lagu mencekam yang membuat saya hanya ingin berbaring dan dibasuh oleh lagu ini sepanjang hari.
The Kick Inside/1978

19. Philadelphia – Neil Young
Kandidat kuat untuk melelehkan hati timah di mana saja.
Philadelphia: Music From the Motion Picture/1994

20. Tears All Over Town – A Girl Called Eddy
Vokal altonya kadang terbata-bata, seperti mencoba menelan sedih tapi tak kunjung berhasil.
Tears All Over Town/2001

21. Imaginary Son – Icarie
Saya jadi lebih suka versi cover ini dibanding aslinya, mungkin karena terasa lebih haunting. Saya juga suka kontrasnya suasana dingin lagu dengan liriknya yang sangat membuat trenyuh. (Colongan: Lagu lain dari album ini yang juga sangat kuat: Nanar – The Monophones.)
Mesin Waktu: Teman-teman Menyanyikan Lagu Naif/2007

22. Half Asleep – School of Seven Bells
Bagi saya, dream pop bertemu dengan elektronika adalah salah satu resep kelezatan hidup.
Alpinism (Altenate Version)/2008

23. Pieces of the World – Cascade
Unit pop shoegaze yang cukup berhasil dari Bandung. Mengawang-awang, berbagai instrumen yang saling melapisi dan vokal selembut awan.
Pieces of the World/2007

24. Adinda – Titiek Puspa
Terlepas dari kaitannya dengan sebuah rezim, bagi saya beliau adalah salah satu penulis lagu yang sangat saya kagumi. Lagu-lagu cintanya selalu menghanyutkan, termasuk yang satu ini. Saya pernah berhadapan dengannya dan tentu saja layaknya penggemar tolol, saya hanya bisa gelagapan lalu merelakan beliau berlalu tanpa sempat menyatakan rasa cinta saya.
Sapiku/1978

25. I Always Was Your Girl – Everything but the Girl
Salah satu lagu paling favorit dari duo favorit saya. Awalnya agak jazzy, lalu dari tahun 1985 sampai 1994 EbtG menghasilkan banyak (sekali) lagu pop bernas dan menyentuh. Tapi saya juga suka bahwa mereka dengan mulusnya bermigrasi ke musik elektronik, dengan hasil yang tetap saja bagus!
Idlewild/1988

26. Unworthy – Thieves
Vokal David McAlmont adalah berkah di bumi. Ia bertemu dengan Saul Freeman dan lahirlah salah satu lagu pop paling memabukkan ini.
Unworthy/1992

27. Perish – Curve
Toni Halliday adalah salah satu guru besar dalam hal sexy, termasuk dalam bebunyian elektronik yang rimbun seperti di lagu ini.
Gift/2001

28. Cold Wind – Arcade Fire
Lagu yang dingin. Membuatmu risau dan kau tak tahu kenapa.
Six Feet Under, Vol. 2: Everything Ends/2005

29. Lullabye 6000 – The Czars
Lagu yang tenang dan indah. Kesabaranmu akan diganjar dengan bagian terbaiknya di akhir.
The Ugly People vs. The Beautiful People/2001

30. Best Days – Blur
Saya telat menyukai Blur, dan beberapa tahun terakhir sedang berupaya mengejar ketertinggalan itu. Mereka tentu saja punya (terlalu) banyak hits tapi saya pilih yang satu ini karena terasa sebagai Blur yang santai (dalam arti mereka tak sedang ingin membuktikan diri) dan tetap saja lirik mereka begitu cerdas dan mengena.
The Great Escape/1995

31. All To All – Broken Social Scene
Band indie rock dengan banyak orang dan banyak bakat yang sekarang vakum. Lagu ini khas BSS: ramai, megah dan sexy. Sungguh sexy.
Forgiveness Rock Record/2010

___________________

Sejak remaja, Wening Gitomartoyo sudah bertekad hanya ingin bekerja di majalah. Mungkin semacam bentuk balas dendam, demi menandingi penolakan yang ia terima di usia dini dari majalah Bobo. Rupanya evolusi yang kemudian hari terjadi menunjukkan jalan keadilan: ia diterima sebagai editor di majalah Rolling Stone Indonesia sejak 2006—setelah setahun sebelumnya bekerja sebagai junior feature editor di majalah Eve. Sampai sekarang ia tetap merasa beruntung bisa bekerja dalam dunia kegemarannya: musik dan menulis.

___________________

♫ Download the whole playlist here

Upcoming shows/exhibitions*:
– Nov 09 | Exhibition: Misty Dian (writer)
– Nov 16 | Exhibition: Rebekah E. Moore (ethnomusicologist)
And more exhibitions by Tony Tandun, Anto Arief, Adi Cumi, Ricky Surya Virgana, Tony Trax, Doni Iblis, Josh Howard, Kas, Saleh Husein, and more.

See y’all again next Wednesday!

Boozed, Broozed, and Broken-boned,
RUDOLF DETHU
*subject to change
____________________

The Block Rockin’ Beats
Curator: Rudolf Dethu
Every Wednesday, 8 – 10 PM
The Beat Radio Plus – Bali, 98.5 FM

120 minutes of cock-melting tunes.
No bullcrap.
Zero horse shit.
Rad-ass rebel without a pause.

Shut up and slamdance!

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top