Tonite! Temple of Everlasting Light!

Tonite! Wednesday, 2010; 8-10 PMR-n-R Exhibition [mini version]: OPPIE ANDARESTATemple of Everlasting Light:: Introduction and playlist, written and handpicked by Oppie Herself :: Perjalanan karir musik saya sebagai penyanyi dan pencipta lagu di awali dengan terdamparnya saya di sebuah tempat di jalan Potlot 14 di awal 90an. Pada saat itu teman-teman saya yang sebagian besar rocker (Pay, Bimbim, Bongkie) sedang seru-serunya mendengarkan Whitesnake, Led Zeppelin, dll. Saya yang baru lulus SMA dan memainkan jazz fussion bersama Indra (yang kemudian bergabung dgn Slank), Ronald (mantan Gigi), Marshal (Ada band) mau tak mau mendengarkan musik rock setiap hari dengan cukup intens. Apalagi kemudian saya, Bimbim, dan Pay sempat membentuk grup band yang membawakan lagu-lagu rock dari Heart, Starship, Whitesnake, dll. Lalu satu malam saat kami nongkrong sambil mendengarkan Bimbim yang tahu keinginan saya untuk menjadi penyanyi bilang, " Kalau mau jadi penyanyi, jadilah penyanyi yang menciptakan lagu sendiri. Penyanyi yang punya sikap/pesan." Kemudian Pay datang dengan membawa album pertama Tracy Chapman, penyanyi perempuan kulit hitam, yang lagunya berlirik menggigit. Tracy bukan "a girl with sexy look". Bisa dibilang Tracy Chapman adalah role model saya dalam bermusik. Saya mendengarkan berbagai jenis musik. Tapi saya selalu tertarik untuk mendengarkan dan belajar dari musisi perempuan lainnya yang bisa memainkan instrumen, menciptakan lagu, dan punya sikap/pesan kuat di karya mereka. Berikut adalah lagu/musik yang yang juga memberi inspirasi saya bermusik, musik yang membuat saya joget di atas pool table atau nyebur ke swimming pool, musik yang membantu saya tetap waras, musik yang saya putar di awal hari saya, yang saya putar di ujung hari saya, yang saya dengar saat saya PMS, musik/lagu yang biasa saya dan teman-teman nyanyikan sampai suara saya habis... ♪♬♫ Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Tonite! Wednesday, December 01, 2010; 8-10 PM

R-n-R Exhibition [mini version]: OPPIE ANDARESTA
Temple of Everlasting Light

:: Introduction and playlist, written and handpicked by Oppie Herself ::

Suzanne Vega
Suzanne Vega

Perjalanan karir musik saya sebagai penyanyi dan pencipta lagu di awali dengan terdamparnya saya di sebuah tempat di jalan Potlot 14 di awal 90an. Pada saat itu teman-teman saya yang sebagian besar rocker (Pay, Bimbim, Bongkie) sedang seru-serunya mendengarkan Whitesnake, Led Zeppelin, dll. Saya yang baru lulus SMA dan memainkan  jazz fussion bersama Indra (yang kemudian bergabung dgn Slank), Ronald (mantan Gigi), Marshal (Ada band) mau tak mau mendengarkan musik rock setiap hari dengan cukup intens. Apalagi  kemudian saya, Bimbim, dan Pay sempat membentuk grup band yang membawakan lagu-lagu rock dari Heart, Starship, Whitesnake, dll. Lalu satu malam  saat kami nongkrong sambil mendengarkan Bimbim yang tahu keinginan saya untuk menjadi penyanyi bilang, ” Kalau mau jadi penyanyi, jadilah penyanyi yang menciptakan lagu sendiri. Penyanyi yang punya sikap/pesan.” Kemudian Pay datang dengan membawa album pertama Tracy Chapman, penyanyi perempuan kulit hitam, yang  lagunya berlirik menggigit. Tracy bukan “a girl with sexy look”. Bisa dibilang Tracy Chapman adalah role model saya dalam bermusik.

Saya mendengarkan berbagai jenis musik. Tapi saya selalu tertarik untuk mendengarkan dan belajar dari musisi perempuan lainnya yang bisa memainkan instrumen, menciptakan lagu, dan punya sikap/pesan kuat di karya mereka.

Berikut adalah lagu/musik yang yang juga memberi inspirasi saya bermusik,  musik yang membuat saya joget di atas pool table atau nyebur ke swimming pool, musik yang membantu saya tetap waras, musik yang saya putar di awal hari saya, yang saya putar di ujung hari saya, yang saya dengar saat saya PMS, musik/lagu yang biasa saya dan teman-teman nyanyikan sampai suara saya habis..

The Playlist

01. The Horses – Rickie Lee Jones
02. What I Am – Edie Brickell and New Bohemians
03. All I Want – Joni Mitchell
04. Crime for Crime – Ani DiFranco
05. Nothing Sacred – Jonathan Brooke

06. Sleep to Dream – Fiona Apple
07. Every Little Thing (He) Does is Magic – Shawn Colvin
08. Home – Zero 7
09. Spark – Tori Amos
10. Super Duper Love – Joss Stone
11. Bed of Roses – Indians
12. It’s Too Late – Carole King
13. Mother Mother – Tracy Bonham
14. Adia – Sarah McLahlan
15. Walkabout – The Sugarcubes
16. Tom’s Diner – Suzanne Vega
17. If Not Now – Tracy Chapman
18. In the Ghetto – Natalie Merchant
19. The Joker – Steve Miller Band
20. Whipping Boy – Ben Harper
21. Anak Wayang – Iwan Fals & Sawung Jabo
22. Taylor – Jack Johnson
23. It Ain’t Over Till It’s Over – Lenny Kravitz
24. Ziggy Stardust – David Bowie
25. Alright – Jamiroquai
26. How Could I Forget – Imanez
27. Use Me – Mick Jagger ft. Lenny Kravitz
28. Drive – Incubus
29. Bali Eyes – Porno for Pyros
30. Heart of Gold – Neil Young
31. Slipping Away – Keith Richard
32. Temple of Everlasting Light – Kula Shaker
33. All I Want is You – U2

Full version with footnotes coming soon!

♬ Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls ♫

SEE ALSO
Domestic Groove: OPPIE ANDARESTA

___________________

The Block Rockin’ Beats
Curator: Rudolf Dethu
Every Wednesday, 8 – 10 PM
The Beat Radio Plus – Bali, 98.5 FM

120 minutes of cock-melting tunes.
No bullcrap.
Zero horse shit.
Rad-ass rebel without a pause.

Shut up and slamdance!

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

RUDOLF DETHU

Scroll to Top