search

BALI: DESTINASI WISATA KONSER

Barangkali sudah saatnya Bali bertransformasi menuju identitas turisme baru: DWK - Destinasi Wisata Konser.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
The Hydrant di Prost Fest | Maria Lobo

Bali semerbak namanya sebagai salah satu daerah tujuan wisata terfavorit sejagat karena eksotika budayanya, keindahan alamnya, serta biaya gono-gininya yang relatif terjangkau. Namun, pernah tidak terpikirkan mengarahkan Bali menuju entitas baru: DWK – Destinasi Wisata Konser?

Bayangkan, pada Agustus 2022 silam saja duh-gusti berlimpah pertunjukan musik dalam skala gigantik:

  • Prost Fest di Pantai Mertasari, Semawang
  • Univlox di Peninsula Island, Nusa Dua
  • Sanur Village Festival di Pantai Matahari Terbit, Sanur
  • Bali Beach Fest di Pantai Berawa, Canggu

Belum lagi acara rutin dalam ukuran lebih kecil seperti pesta dansa dengan menampilkan deretan DJ internasional peringkat atas seperti di acara K Club Grand Opening di Ubud, atau yang versi lebih mini lagi semisal konser frekuentif di The Lawn namun kelasnya tetap global, Live Sunset Show, yang beberapa pekan lalu mengundang Skeggs, band asal Australia yang sedang melambung pamornya di skena rock Australasia.

Saya perhatikan, seperti acara Prost Fest misalnya, lumayan melimpah orang-orang dari luar daerah yang sengaja datang ke Bali. Sambil berlibur seraya menonton pertunjukan musik hidup. Kebetulan memang para penampilnya adalah figur-figur yang reputasinya sedang moncer dengan legiun fans bejibun. Terjadi juga dengan festival-festival lainnya. Festival musik yang dibarengi parade kuliner lokal macam begini pelan-pelan menjadi daya tarik ekstra, kebiasaan berwisata baru bagi, utamanya, anak-anak muda. Mengunjungi Bali sambil menonton konser menarik dan kolosal.

Manja di Univlox | Univlox Live

Sejatinya hal semacam begini bukanlah hal yang baru maupun aneh. Saya pribadi sering menjalankan aktivitas “wisata konser”. Pergi ke luar daerah atau manca negara untuk hadir di pertunjukan musik, sekalian berpelesir. Patut diketahui, yang melakukan “wisata konser” ini bukan cuma saya. Banyak jemaahnya. Selalu saja di pesawat menuju, katakanlah, Singapura, pasti bertaburan orang-orang Indonesia lainnya yang juga bertujuan sama dengan saya. Di hampir setiap kunjungan biasanya saya tinggal sedikit lebih lama, tak cuma menonton band kesayangan jejingkrakan lalu besoknya pulang. Saya sempatkan juga menjelajah tempat-tempat menarik di kota daerah tersebut. Bali semestinya bisa secara sadar dan terukur bertransformasi menjadi DWK.

Untuk artikel lebih lengkap silakan klik tautan SUPERMUSIC: BALI, DESTINASI WISATA KONSER.

• Baca juga COOLY ROCKS ON TOUR: ROCKABALI SEBAGAI KANON KULTUR.

_______

Featured image via Prost Fest.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

RUDOLF DETHU

Scroll to Top