search

COOLY ROCKS ON TOUR: ROCKABALI SEBAGAI KANON KULTUR

Kisah jaya wijaya The Hydrant di Cooly Rocks On Festival 2022 di Gold Coast, Australia.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Gilang gemilang penampilan The Hydrant di Cooly Rocks On Festival 2022 selain jitu membuktikan bahwa Empat Sekawan Klimis-Perlente tersebut bukanlah jago kandang, juga dinamika rockabilly di Bali dengan sedikit penyesuaian gaya lokal—yang disebut Rockabali—faktanya mendapat atensi masif dari skena global. Serta—ini serius—pendekatan budaya non-tradisional macam begini sejatinya bisa menjadi opsi kekinian dalam memperkenalkan Bali pada khususnya serta Indonesia pada umumnya.

Beberapa pekan silam di warsa Juni, pionir rockabilly di Indonesia, The Hydrant, berkesempatan jumpalitan di Cooly Rocks On Festival 2022 di Gold Coast, Australia. Tampilnya kuartet asal Bali pengusung rockabilly di Cooly Rocks On ini bisa dibilang amat istimewa sebab ketika bicara line up (baca: hierarki) maka The Hydrant berada di derajat tertinggi: headliner. Alias namanya di media-media promosi resmi Cooly Rocks On berada di posisi paling atas, bukan terbawah, di kasta terendah And Many More!

Artikel tentang konser The Hydrant di halaman paling depan Gold Coast Tribune.

Superfriends, ini memang bukan pertama kali The Hydrant didapuk sebagai bintang utama di pergelaran bertema rockabilly. Sebelumnya pada 2016 dan 2018, Marshello, Chris, Adi, dan Vincent menjadi penampil puncak di festival tahunan Dirty Boogie Rockabilly Festival di Hong Kong. Namun kala bicara skala, Dirty Boogie bak liliput di hadapan raksasa Cooly Rocks On. Wajar jika kemudian The Hydrant merasa bangga—syukur tak sampai jemawa.

Kejutan menyenangkan berikutnya adalah respons gegap gempita dari audiens Cooly Rocks On. Sejak penampilan pertama pada Jumat, 10 Juni 2022 di Coolangatta Sands Hotel nan intim, akrab, berjejal; Sabtu, 11 Juni 2022 di Dixon Street Stage, publik riuh berdansa bermandi hangat matahari; hingga di sesi terakhir pada Minggu, 12 Juni 2022 di Elizabeth Park yang luas, hijau, indah, sejuk-sepoi pinggir pantai.

Di pertunjukan The Hydrant tiga hari berturut-turut tersebut lantai dansa tiada jeda dilimpahi khalayak. Lagu-lagu The Hydrant yang walau sejatinya kurang familiar bagi kuping pengunjung, bukanlah halangan bagi mereka untuk membanjiri ajang ajojing. Barangkali faktor psikologis bahwa penduduk Australia yang dominan memiliki rasa kedekatan khusus terhadap Bali cukup membantu memudahkan diterimanya The Hydrant di pertunjukan di negara bagian Queensland tersebut, Superfriends.

Cooly Rocks On sendiri mengambil konsep festival nostalgia dengan berfokus pada mobil-mobil klasik, kustom kulture, serta musik dan busana vintage utamanya swing, rock ’n’ roll, dan rockabilly. Telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa, beberapa tahun belakangan ini Cooly Rocks On sanggup menggaet hingga lebih dari 100 ribu pengunjung setiap tahunnya. Di tahun 2022 ini malah memecahkan rekor dengan menyedot lebih dari 150 ribu orang selama lima hari berlangsungnya acara, antara 8-12 Juni 2022.

The Hydrant di belakang panggung Elizabeth Park, hari ke-3 Cooly Rocks On.

Dari kedigdayaan The Hydrant di Negeri Kangguru tersebut ada hikmah yang barangkali bisa dipetik, bahwa di urusan soft power, infiltrasi budaya, atau klisenya: promosi pariwisata, persuasi kebudayaan macam begini sejatinya justru lebih efektif. Memperkenalkan sosok negeri tak melulu harus lewat cara-cara konvensional seperti yang sudah-sudah. Bisa juga lewat, dalam konteks ini, Rockabali. Keterpesonaan khalayak pada The Hydrant rasanya bisa menumbuhkan citra positif selain terhadap para personel The Hydrant pada khususnya juga kepada Bali dan Indonesia pada umumnya.

Superfriends, semoga bisa berjumpa kembali di Cooly Rocks On mendatang, Juli 2023!

• Baca juga THE HYDRANT: HEPCAT, GREASER, ATAU ROCKABALI?

________

Artikel COOLY ROCKS ON TOUR ini pertama kali tayang di Supermusic.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top