search

KIAT KOMUNIKASI EFEKTIF

Etika berkomunikasi masa kini yang cerdas dan cergas.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Pic: The Limited Times.

KIAT KOMUNIKASI EFEKTIF

Dari pengalaman pribadi sebagai pegiat bisnis hiburan saya cukup sering berinteraksi dengan orang-orang yang masih gagap dalam berkomunikasi dengan cerdas dan cergas. Semisal, lewat teks, pendek saja menulis:

“Bli, apa kabar?”

Atau

“Halo, selamat siang.”

Atau tanpa ba-bi-bu sontak menelpon tanpa sebelumnya menanyakan dulu apakah lawan bicara sedang sibuk, apakah waktunya tepat untuk ngobrol.

Di era sekarang yang nyaris tanpa pembatas sosial dan paceklik privasi ini, memang, kita dengan mudah menggapai seseorang, seasing apa pun dia. Ya selebritas ya Regular Joe khalayak kebanyakan. Begitu kita mendapatkan kontaknya, baik berupa nomer telepon atau akun media sosial, sudah, kita bisa mulai menekan tombol telepon atau mengetik menyapa. Segampang itu. Nah, di sini mulai muncul masalah. Kemudahan luar biasa itu tidak dibarengi dengan kemampuan berkomunikasi secara etis, menghargai waktu, menghormati privasi. Seperti teks ringkas-dangkal di atas.

Yang elok mestinya begini:

“Selamat siang, bli Travolta. Perkenalkan, saya Clara Luciani dari Remas Testikel Showbiz, ingin bertanya apakah The Hydrant bisa tampil di acara kami yaitu Perayaan Masuk Buinya Petinggi Aksi Cepat Tanggap pada 17 Agustus 2022? Jika bisa, jadwal masih kosong, mohon dikirimi gono-gini administrasi pertunjukan. Terima kasih.”

Atau jika dibutuhkan sekali untuk berkomunikasi lewat telepon, info dulu si lawan bicara.

“Siang, bli Travolta. Saya Clara dari Remas Testikel Enterprise. Semoga kabar baik. Kami ingin mengundang The Hydrant untuk tampil di acara kami pada 17 Agustus 2022. Mengingat acara ini sedikit kompleks pengerjaannya, saya butuh mengkomunikasikannya lewat telepon. Mohon kabari kapan saya bisa berbicara langsung. Terima kasih.”

Pesan lewat teks selain efisien, menghemat waktu, juga terdapat rekam jejaknya, mudah dilacak di kemudian hari. Lawan bicara, misalnya, sulit berkelit bahwa ia telah menyetujui menyediakan krupuk usus dan rempeyek babi sebagai teman minum wiski The Hydrant. Maka itu, bila perlu, setelah berbicara langsung melalui telepon, tuliskan kembali kesepakatannya, kirim lewat teks ke lawan bicara. Jadinya, ketika yang ia sediakan adalah rempeyek ayam, bukan babi, kita bisa tuntut itu si Clara ke Mahkamah Jasa Hiburan dan Hedonisme Internasional.

Demikian. Semoga berkenan.

Catatan: Foto Caroline de Maigret dan Clara Luciani hanya sekadar pemanis.

• Baca juga TANDA PETIK, TEGAK ATAU MIRING: MENJUDULI ALBUM DAN MENAJUKI TEMBANG.

________

Featured image via models.
Slide image via Vogue France.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top