Mo’ Mohawk, Mo’ Mohican

Sebagian sejawat pasti amat kenal grup musik The Exploited. Benar, kontingen asal Edinburgh, Skotlandia, tersebut merupakan entitas yang amat disegani hingga kini dan sering disebut sebagai salah satu pionir Punk Rock. Oleh penganut "sekte" Street Punk, gaya rambut sang vokalis, Wattie Buchan, bak dijadikan identitas resmi, simbol paling sahih. Lalu band-band dengan kadar ekstrem setingkat, bak terbawa arus. Sebut saja misalnya The Casualties dan projek sampingan gitaris Rancid, Lars Frederiksen & The Bastards. Apa julukan rambut bak cendrawasih itu? Di Amerika disebut Mohawk. Sementara di Inggris lebih dikenal dengan Mohican.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Sebagian sejawat pasti amat kenal grup musik The Exploited. Benar, kontingen asal Edinburgh, Skotlandia, tersebut merupakan entitas yang amat disegani hingga kini dan sering disebut sebagai salah satu pionir Punk Rock. Oleh penganut “sekte” Street Punk, gaya rambut sang vokalis, Wattie Buchan, bak dijadikan identitas resmi, simbol paling sahih.

Lalu band-band dengan kadar ekstrem setingkat, bak terbawa arus. Perhatikan foto di bawah: The Casualties dan projek sampingan gitaris Rancid, Lars Frederiksen & The Bastards.

Apa julukan rambut bak cendrawasih itu? Di Amerika disebut Mohawk. Sementara di Inggris lebih dikenal dengan Mohican.

Desas-desus yang paling banyak dipercaya adalah bahwa gaya rambut tersebut paling mula diperkenalkan oleh suku Mahican—yang kemudian terpeleset menjadi Mohican—dan Mohawk di dataran Amerika Utara. Saat hendak bertempur ke medan perang para lelaki suku tersebut beramai-ramai mencukur habis bagian kiri dan kanan rambut mereka lalu menyisakan di bagian tengah saja.

Di jaman modern, tepatnya masa Perang Dunia ke-2, anggota 101st Airborne Division alias Screaming Eagles mengikuti paham itu: seluruh anggota pasukan membotaki bagian rambut kiri dan kanan dan membiarkan bagian tengahnya.

Berikutnya pada 1976 salah satu karakter di film Taxi, Travis Bickle (diperankan oleh Robert De Niro), tampak bergaya rambut Mohawk. Sejumput orang kemudian beranggapan bahwa skena Punk Rock sejatinya terinspirasi oleh Travis dan belakangan mengimprovisasinya sampai-sampai Mohawk akhirnya malah jadi identik dengan musik Punk.
Travis Bickle

Richie Stotts, gitaris band punk asal New York, Plasmatics, pada Januari 1979, me-Mohawk rambutnya. Diikuti berikutnya oleh personel Plasmatics lainnya, Jean Beauvoir dan perempuan sinting yang dipanggil dengan nama alias “The Queen of Shock Rock”, Wendy O. Williams.

Plasmatics

Wendy & Lemmy Motorhead, berkolaborasi dalam mini album Stand By Your Man, 1982

Masuk ke era millenium, trend Mohawk mulai dirangkul oleh kalangan fashionista. Sejumlah kecil selebritas tampak mengadopsi gaya ini. Namun mereka memilih jalur yang lebih “aman” yaitu dengan tidak membabat bagian kiri-kanan rambut mereka. Bagian kiri-kanan cuma dicukur agak tipis, lalu rambut bagian tengah dibikin bergaya Mohawk. Mohawk “palsu” ini digelari, ya sesuai faktanya: Faux Hawk. David Beckham-lah yang dianggap paling bertanggungjawab mempopulerkan Faux Hawk.

Faux Hawk-nya David Beckham

Style Mohawk di masa sekarang telah banyak berkembang menjadi antara lain: Reverse Mohawk, BiHawk, Chelseahawk, Douhawk, Deathhawk, dll.

Sementara 15 November mulai digembar-gemborkan sebagai International Mohawk Day.

*Artikel ini sudah sedikit direvisi, pertama kali tayang di Musikator pada 2009 silam

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

DOMESTIC GROOVE ~ Celeb's Chosen Seven is my biweekly column in The Beat (Jakarta) mag. Basically it's an interview via e-mail which focuses on small, intimate, domestic stuff; what Indonesia's public figures are really into, musically speaking. For the ninth edition I went upclose-and-personal with Bobby Kool.

RUDOLF DETHU

Scroll to Top