search

PENEGASAN SIKAP SOAL AKSI MAHASISWA

Berikut adalah penjabaran sudut pandang saya pribadi. Bahwa tiada niat menggagalkan pelantikan Jokowi—yang ingin melengserkan Jokowi itu Permadi. Saya dan yang pikirannya sejalan, tetap pada tujuh tuntuan seperti yang tertera di poster. Tiada yang lain-lain seperti yang dituduhkan. Mahasiswa ditunggangi? Tidak. Mahasiswa tidak bodoh. Tepatnya: tidak sebodoh anda.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Terima kasih para karib dan warganet yang telah membagikan sudut pandangnya kepada saya, baik melalui WhatsApp, inbox Facebook, atau pun kolom komentar di medsos. Sikap saya masih sama yaitu bersama mahasiswa, dengan tujuh tuntutan seperti yang tertera di poster.

Lainnya:
1. Seperti juga sikap mahasiswa, saya nihil agenda menggagalkan pelantikan Jokowi. Jokowi masih yang terbaik dibanding yang lain. Yang punya ambisi melengserkan Jokowi itu Permadi, bukan kelompok kami.
2. Protes pada Jokowi maknanya lebih luas: demi kemaslahatan Indonesia dan demokrasi. Bukan membabibuta membela Pakde. Saya pendukung, bukan pengikut. Marilah menjadi pemilih rasional.
3. Mahasiwa ditunggangi? Tidak. Mereka tidak bodoh. Tepatnya: tidak sebodoh anda. Penumpang gelap mungkin ada. Wong saat reformasi saja kita kecolongan Amien Rais kok. Tapi dampak reformasi tetap saja lebih dominan manfaat daripada mudarat. Pula, jangan ahistoris dong, Indonesia merdeka dari penjajahan, negeri ini terbebas dari Soeharto, ya akibat pelajar dan mahasiswa berada di garis depan perjuangan. Bukan karena aksi agresif membagikan ulang opini-opini tendensius dari batalyon kontributor Seword.
4. Terakhir, jika memakai teori “guilty by association” maka di kubu saya ada, antara lain, Najwa Sihab, Ananda Badudu, Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi, barisan tokoh yang kapan hari diundang ke istana (Mahfud MD, GM, Syafi’i Maarif, Azyumardi Azra, Quraish Shihab, Feri Amsari, Bivitri Suanti). Nah, di kelompok anda? Denny Siregar, Kurawa, panasbung bajer istana, Wiranto, Ryamizard, Fahri Hamzah, Fadli Zon serta para anggota DPR yang terhormat.

Semoga bisa dipahami. Mari bersama jaga nyala api reformasi. Hidup Denny Siregar ?

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top