Hard Rock Calling: Global Battle of the Bands

Versi Bahasa Indonesia silakan klik di siniIn celebration of the Hard Rock brand's 40th anniversary, Hard Rock is launching its first global Hard Rock Battle of the Bands, giving the rock stars of tomorrow the opportunity of a lifetime. Hard Rock Cafe Jakarta and Bali is on the hunt for the area's best talent to perform in the first round of the battle, where bands will compete live and be evaluated by a panel of local celebrity judges, music industry icons and area music professionals. Regional winners will be given a spot on the bill at Hard Rock Calling 2011, June 2426 in London's Hyde Park. To join the competition bands must play original music, must be at least 18 years of age and must have 2 to 5 members. Bands may only participate and submit their entry at one of Hard Rock Cafe location, either Jakarta or Bali. For further details visit www.hardrockbattleofthebands.com

Jakarta 2011: Sentra Konser Musik Asia

Versi Bahasa Indonesia silakan klik di siniIn the context of international entertainment, last year brought a lot of hope to Jakarta. So many overseas musicians were involved (Java Jazz 2010 itself brought 430 musicians alone). The calibre of the festivals became much bigger (Java Rockin'Land was considered to be the largest rock event in South East Asia). More and more world famous bands came and played (311, Placebo, Smashing Pumpkins, to name a few). How about 2011? It gets even more huge. The early of this new year N.E.R.D. will play in Istora Senayan. A bit after that Ne-Yo also perform at the same venue. In February there'll be Deftones, Iron Maiden and New Found Glory. In March Stone Temple Pilots. In April Jimmy Eat World & Maroon 5. From this list the general public can be optimistic that the music show in Indonesia will be even more dynamic. We won't be too surprised if Jakarta or Indonesia could reach at least "Asia's Rock Mecca" status in 2011...

Urban Jazz Crossover: Memudahkan, Meringankan, Menggembirakan

Jazz kerap divonis oleh sebagian kalangan sebagai musik sulit, susah dicerna, kurang membumi, dan beragam stigma sejenis. Di Indonesia sendiri perkembangan Jazz di masa-masa awal menemui kendala gigantik. Selain masyarakat umumnya belum siap dengan “kerumitan” musikal khas Jazz serta masih lebih memilih menyimak yang gampang dikonsumsi kuping, isu sumber daya manusia juga menjadi masalah signifikan: Nusantara kekurangan musisi handal lagi mampu meramu musik bikinan kaum kulit hitam ini. Namun, berkat usaha pantang menyerah dari segelintir penggiat Jazz lokal, eksistensi musik ini menunjukkan performa cukup baik, baik kualitas maupun kuantitas---pelan tapi pasti, lambat namun selamat---grafiknya terus menaik.

Placebo: Kenyataan Dalam Dunia Fantasi

Paranoia itu sirna akhirnya. Brian Molko, Stefan Olsdal, Steve Forrest, memang nyata---dan penuh gaya---berada di depan mata. Obsesi sejak masa baheula tercapai jua. Dengan dibalut kecanggungan antara fakta dan fantasi, saya berdiri di tengah-tengah di antara empat ribuan penonton yang memadati konser Placebo di Tennis Indoor Senayan, 19 Februari malam silam. Memang, sebelumnya saya sempat ketar-ketir jangan-jangan, seperti beberapa grup manca negara lainnya, bak yang sudah-sudah, band asal London ini tiba-tiba di detik-detik terakhir membatalkan kedatangannya. Untungnya tidak. Kelompok yang baru saja tahun lalu menerbitkan album ke enamnya, Battle for the Sun, rupanya minus rasa takut berlebihan terhadap faktor keamanan di negara ini. Brian Molko beserta rombongan tetap datang dan menghibur publik Nusantara.

Sejarah Bagi Publik, Untuk Ruang Publik

Sejarah adalah pengetahuan untuk semua, bukan hanya objek nostalgia untuk mereka yang mengalami suatu peristiwa sejarah. Sejarah terus menerus berada dalam proses menjadi, diciptakan kembali oleh setiap pemberi makna dan generasi. Setiap generasi punya hak untuk mengakses bukti sejarah yang diarsipkan. Setiap generasi punya hak menciptakan ruangnya sendiri untuk mengunjungi kembali sejarah.

Sub Kultur Para Klandestin Flanel

Grunge sudah mati? Seattle Sound telah tamat? Mungkin iya. Bisa jadi benar. Sebab di manca negara gelinjang musik yang berporos di Pacific Northwest, Amerika Serikat,---utamanya Seattle---ini terkesan melempem, layu gairah, sempoyongan lalu pingsan. Kalau pun para pembesarnya masih bergentayangan di blantika cadas raya, gaungnya tak cukup signifikan, tipis nuansa kolektif, cenderung melenggang sendirian. Boleh dibilang dari kalangan pesohor berbusana flanel cuma tinggal Pearl Jam, Stone Temple Pilots, Mudhoney, dan Alice in Chains (formasi anyar) yang masih eksis. Sayangnya, umur panjang itu tak disangkutpautkan dengan pergerakan atau rejuvenasi Grunge. Sepak terjang Eddie Vedder dan Rekan dianggap nihil relevansi dengan so-called Seattle Sound

Cannes, Mix and Mismatch

Berikut saya sisipkan beberapa foto para The Beautiful People saat menghadiri festival film Cannes dari tahun ke tahun. Artikel ini dipinjam dari men.style.com (portal virtual untuk majalah pria Details & GQ). Menurut men.style.com festival film Cannes tak melulu tentang motion picture an sich, tapi juga tentang sang bintang beserta busananya...

rudolfdethu

Scroll to Top