The Future Case of Stereocase

Kesempatan untuk hidup relatif “enak”, “mudah” serta “mapan” sejatinya sudah di depan mata. Fadli (biduan), Iqif (drum), Icad (gitar), & Donny (bas), yang tergabung dalam institusi Stereocase sempat ditawari tampil reguler di tempat-tempat mentereng di antaranya Blowfish, Pizza e Birra, & Food Kulture. Namun koalisi berkesenian bentukan 2008 ini menafikan kans menjadi pengisi tetap, tak terlalu berminat selamanya menjadi band (rock) cover version. Namun alasan utamanya adalah: mereka ingin berkonsentrasi penuh masuk studio dan merekam lagu.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Kesempatan untuk hidup relatif “enak”, “mudah” serta “mapan” sejatinya sudah di depan mata. Fadli (biduan), Iqif (drum), Icad (gitar), & Donny (bas), yang tergabung dalam institusi Stereocase sempat ditawari tampil reguler di tempat-tempat mentereng di antaranya Blowfish, Pizza e Birra, & Food Kulture. Namun koalisi berkesenian bentukan 2008 ini menafikan kans menjadi pengisi tetap, tak terlalu berminat selamanya menjadi band (rock) cover version. Namun alasan utamanya adalah: mereka ingin berkonsentrasi penuh masuk studio dan merekam lagu.

Iya, setelah menyabet penghargaan bergengsi sebagai “Best Newcomer” di ajang ICEMA (Indonesia Cutting Edge Music Awards) pertengahan Juli 2010 lalu, para perseonel Stereocase bak memperoleh suntikan semangat tambahan agar segera merilis album perdana. Sejauh ini sudah 10 lagu terkumpul dan siap untuk digodok lebih lanjut. Sementara itu sebelumnya Stereocase sempat menerbitkan sebuah lagu “penggoda” (teaser) via MySpace, Just Called Life, beberapa waktu silam. Tembang yang berkisah soal suka duka kehidupan inilah yang membuka jalan untuk meraih atensi dari publik serta mengantarkan mereka ke singgasana ICEMA. Ditegaskan kembali oleh kelompok asal Jakarta ini bahwa kecocokan dan kenyamananlah yang menjadi alasan terbentuknya Stereocase. Selain itu mereka berusaha sebisanya agar tak larut di dalam sebuah industri yang mengedepankan ketenaran serta terus berkarya secara jujur, sesuai kata hati, tanpa bersembunyi di balik sebuah idealisme.

Yang cukup menarik adalah aktivitas tiap Jumat jam 9 pagi dimana mereka tampil live on air di 101.4 Trax FM. Di sini mereka ditantang untuk bermain sesuai tema—Disco, Reggae, Melayu, Boyband, Indo 90an, dsb—yang diberikan oleh Trax FM. Berpijak dari tema tersebut Stereocase menggubah aransemennya sesuai jurus Rock khas Stereocase. Selebihnya, jika anda penasaran mendengar senandung merdu-maskulin grup yang pekat terpengaruh Incubus, Red Hot Chilli Peppers, & Jamiroquai ini, silakan simak di: www.myspace.com/stereocaseband

Rockin’, rollin’, and livin’ the life to the fullest!

*Artikel ini pertama kali tayang di majalah The Beat (Jakarta) # 20

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top