search

Leonardo Ringo: Memuja Matahari Lagi Berdikari

Menyebut nama Leonardo, barangkali tak banyak masyarakat awam yang mengenalinya. Namun jika menyinggung Vessel atau Zeke and The Popo, mungkin orang akan lebih mahfum. Benar, Leonardo Ringo tadinya adalah biduan dari grup musik hebat---sayang cuma muncul & bertahan sekelebat---Vessel, lalu berlanjut sebagai penggebuk drum sekaligus vokalis di kelompok yang tak kalah dahsyat: Zeke and The Popo. Bukan cuma itu, Leonardo sempat pula muncul di album kompilasi fenomenal yang oleh banyak pengamat disebut kuat merepresentasikan skena alternatif ibukota, JKT:SKRG, lewat projeknya bernama Ruang Hampa. Setelah 18 tahun lintang pukang di blantika berkesenian lokal, akhirnya Leonardo tiba juga di titik berikut karirnya: merilis album solo. Pria yang kerap juga menggunakan identitas berbeda, Mugeni Spacekid, ini bahkan membutuhkan hingga 2 tahun untuk merilis karya perdananya yang diberi judul The Sun. Tak terbilang pula energi, uang, canda tawa, amarah, serta air mata, yang terkuras saat penggarapan komposisi berisikan 12 lagu ini.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Menyebut nama Leonardo, barangkali tak banyak masyarakat awam yang mengenalinya. Namun jika menyinggung Vessel atau Zeke and The Popo, mungkin orang akan lebih mahfum. Benar, Leonardo Ringo tadinya adalah biduan dari grup musik hebat—sayang cuma muncul & bertahan sekelebat—Vessel, lalu berlanjut sebagai penggebuk drum sekaligus vokalis di kelompok yang tak kalah dahsyat: Zeke and The Popo. Bukan cuma itu, Leonardo sempat pula muncul di album kompilasi fenomenal yang oleh banyak pengamat disebut kuat merepresentasikan skena alternatif ibukota, JKT:SKRG, lewat projeknya bernama Ruang Hampa.

Setelah 18 tahun lintang pukang di blantika berkesenian lokal, akhirnya Leonardo tiba juga di titik berikut karirnya: merilis album solo. Pria yang kerap juga menggunakan identitas berbeda, Mugeni Spacekid, ini bahkan membutuhkan hingga 2 tahun untuk merilis karya perdananya yang diberi judul The Sun. Tak terbilang pula energi, uang, canda tawa, amarah, serta air mata, yang terkuras saat penggarapan komposisi berisikan 12 lagu ini.

Pria pengagum David Bowie ini di album debutnya mengaku ingin berbagi semua pengalaman, kekuatan dan harapannya. Ia bersenandung tentang dinamika keseharian: memberitakan kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, ketakutan, kegetiran, sekaligus kekecewaan. Semua dirangkai dalam jalinan gubahan Pop-Folk nan elegan. Mulai dari Jeff Buckley, Richard Hawley hingga denyut sepoi-sepoi Rockabilly terdengar di sana-sini. Lalu-lalang Lou Reed—dalam pengaruh acid—menyusuri New York sesekali menyodok. Sekelumit pahit Tom Waits kadang sendu terselip.

Pemilihan tajuk The Sun pun punya kisahnya sendiri. Selain menjadi salah satu tembang paling personal yang terdapat di album, menurut musisi yang juga berprofesi sebagai penyiar dan produser acara radio ini, matahari menjadi filosofi utama. Eksistensi matahari, katanya, amat signifikan demi berlangsungnya kehidupan. Diibaratkannya, Tuhan boleh mengambil bulan dan bumi tetap berputar. Namun jika Tuhan mengambil matahari maka proses evolusi bakal berhenti. Bumi dan manusia bisa hidup tanpa bulan, namun mustahil tanpa matahari.

Dan rasanya pantas jika gubahan selusin tembang milik Leonardo ini begitu dinantikan oleh publik. Perhatikan saja jajaran individu yang terlibat. Hendra Perdana—lebih populer sebagai Anda Bunga—dengan latar belakang Rock-nya yang kental, serta Dharmo Soedirman—dari Komunitas Jazz Kemayoran—yang merupakan aktivis Jazz kugiran, duo dinamis tersebut bertindak menjadi produser (penting diketahui: dua sosok ini pula lah yang sejatinya paling giat mendorong Leonardo merilis album solo). Figur mahsyur lainnya ada Emil Hussein (Naif), Kartika Jahja & Susan Agiwitanto (Tika & the Dissidents), Indra Perkasa (Tomorrow’s People Ensemble), Lani Leyli (Amazing in Bed), Ricky Surya Virgana (White Shoes & the Couples Company), Rayendra Yuditia (ZATPP), Christo Putra (Dear Nancy), Mian Meuthia, Mian Tiara, Filipus Davefriz, Chroma String Quartet, Galaxy Big Band dan David Tarigan.

Jadilah saksi dari aksi Leonardo Ringo di acara ICEMA (Indonesia Cutting Edge Music Awards) di Epicentrum Walk, Kuningan, pada 18 Juli, ia akan membawakan lagu Susi Belel karya Fariz RM. Selain itu, videoklip Insecurity arahan sutradara Joko Anwar sudah pula bisa disimak di situs resminya: http://leonardoringo.com

Sekarang, silakan tuang wiski. Rayakan kegembiraan secara mini, dan kesepian dengan maksi. Lalu bersulang sendiri-sendiri.

*Artikel ini pertama kali saya tayangkan di majalah The Beat Jakarta edisi Juli 2010

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top