⢠English version please scroll down
Tidak memikirkan pasar. Tanpa beban. Bebas. Lepas. Ungkapan tersebut gamblang merefleksikan konsep Superglad di album termutakhirnya, Cinta dan Nafsu.
Penghargaan Buluk (biduan, gitar), Giox (bas), Akbar (drum) dan Dadi (gitar) pada kemerdekaan berekspresi di komposisi mereka yang ke-5 ini tampak jelas lewat tabiat “khianat” pada pop punk, genre yang selama ini dikiblati. Di sebelas lagu yang terserak, sebagian besar justru berbau metal. Grup asal Jakarta ini rupanya kini mengambil sikap menolak terpaku pada satu aliran saja—walau tak berarti lepas sama sekali dari koridor musik rock. Sebut saja misalnya, “Rajah Sayap Malaikat”, tembang teaser bernuansa speed metal yang dirilis gratis pada pertengahan Mei, pekat mewakili revolusi yang tengah terjadi pada Superglad. Menurut Giox, di edisi ini mereka memang memilih lebih ngebut, cenderung mengarah ke pakem musikal Misfits, Bad Religion dan Smoking Popes.
Dengan menonjolkan “Selamanya Teman Teman Selamanya”, album rilisan label Demajors ini pertama kali dirilis saat konser tunggal 25 Juni silam. 1000 keping cakram digital yang dilepas malam itu langsung licin tandas. Bicara lirik, tampaknya kuartet bentukan 3 Maret 2003 ini sedang dilanda nafsu bercinta nan berkobar, pekat testoteron, banjir libido. Gejolak seksual berintensitas tinggi tersebut bingar tergambar bukan hanya di senandung “Rajah Sayap Malaikat” yang berujar soal kisah nakal bersama wanita sensual berajahkan sayap malaikat, namun mencuat juga di “Cinta dan Nafsu”, “Sofa Merah Percintaan”, “Mas Tur dan Mba Sri”, serta tentu saja “Enny Arrow”, novel cabul stensilan duhai legendaris di era 80-an.
Pun album ini didukung sosok hebat macam Jaya Roxx yang bertindak sebagai produser sekaligus petugas mixing, Indra Q me-mastering, pula Jimmy Tobing (personel Bonita & The Husband) yang berpartisipasi bermain saksofon di “Short Time Blues”, Adelyna Akbar—ia istri dari si penggebuk drum—mengisi vokal latar di antaranya di “Dahaga Asmara”, serta Ricky Malau yang melukis sebagian gambar di lembar halaman Cinta dan Nafsu.
Butuh pelampiasan? Berniat menggelinjang berbalut musik cadas? Pergi dan beli album rock testoteron ini!
English version
With too much monkey business in their heads, Superglad released their fifth album, Cinta dan Nafsu. Over eleven songs, this Jakartan quartet follow the path of their overflowing libidos. The lyrics of songs like ” Enny Arrow”, “Mas Tur dan Mba Sri”, “Sofa Merah Percintaan”, are pure testoterone-drive rock.
After the group released a free-download teaser single “Rajah Sayap Malaikat” in May, anticipation was high for the album, which was formally brought out on June 25, 2011. The first 1000 copies sold out during their solo concert on the first day of release.
The new composition from the band, founded in 2003, sees them changing paths from pop-punk to a more metal sound. According to Giox, the bass player, they looked to the Misfits, Bad Religion and Smoking Popes as musical guides on this one. The group refuses to follow what the market wants, focusing instead on what’s important to them: freedom, more speed, and more sex.
*This article was firstly published on The Beat (Jakarta) #44, July 2011
*Photos courtesy of Photokiller