Rivaba-Balkan
Fenomena campur sari indie x Top 40 sedang riuh terjadi di Bali belakangan ini. Walau sejatinya sudah ada sejak cukup lama, jajaran pegiat indie mulai dari Zat Kimia, Aray Daulay (alM.), hingga bahkan Navicula, pernah cukup aktif “ngamen” di bar-bar di Bali selatan. Namun “serbuan” para aktivis indie di masa pagebluk ini mengalami peningkatan signifikan. Musisi seperti Manja, Modjorido, Soulfood, Truedy, dsb. silih berganti meramaikan panggung-panggung pertunjukan bar dan restoran di Canggu, Seminyak, Nusa Dua, sampai Uluwatu. Bergantian dengan paguyuban dendang Top 40 veteran seperti, sebut saja misalnya, Ika & the Soul Brothers serta Djampiro. Apakah merupakan aksi terlarang ketika sebuah band indie menyanyikan lagu orang lain? Bisakah dikategorikan dalam perbuatan tidak menyenangkan kala sekelompok grup musik yang mengaku indie namun faktanya kerap tampil menyanyikan tembang-tembang populer/Top 40?
PTCcirc
Fenomena yang sedang menggejala pada label rekaman Pohon Tua Creatorium (PTC) belakangan ini relatif mirip dengan kejadian pada awal 90an di wilayah Thames Valley, London. Para musisi skena indie—didominasi pegiat shoegaze—kerap kongkow-kongkow di area tersebut, saling mendatangi konser satu sama lain, meminjam personel, tukar menukar anggota, mengisi posisi lowong antar band: The Scene That Celebrates Itself.

rudolfdethu

[instagram-feed feed=1]
Scroll to Top