search

STRAIGHT TO THE POINT: LUGAS LAGI LAURYN

Kuat. 𝘊𝘢𝘵𝘤𝘩𝘺. Ramping. 𝘋𝘢𝘯𝘤𝘪𝘯𝘨.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Kuat. Catchy. Ramping. Dancing. Empat hal tadi, menurut sang produser Dadang Pohon Tua, menjadi faktor akbar dan alasan hakiki terpilihnya tembang dari Soulfood, “Straight to the Point”, sebagai karya yang digarap paling perdana dari #RegenerasiBernyali untuk disebar ke publik.

Sudah begitu, Lyta, sang biduanita merangkap penjaga aksara, setuju. Selain merasa percaya diri dengan limpah energi neo-soul yang terkandung di jantung senandung, pun dirasa momentumnya tepat untuk merilisnya. Memang, belakangan ini ia beserta dua rekannya, Bam (gitar) dan Palel (drum), merasa ultra gerah pada mbulet-nya basa-basi. “Lagu ini,” ungkap Lyta, “idenya muncul dari pengalaman pribadi, tentang fenomena komunikasi yang terjadi di lingkup sosial terdekat, kawan-kawan sendiri. Sesuatu yang seharusnya lurus-lurus saja, yang mestinya simple malah rumit. Jika ada sesuatu yang mengganjal di hati, kenapa gak langsung saja diobrolin. Belajar ngomong lugas, jangan bertele-tele, biar gak buang-buang waktu. Kalau cocok omongannya, ya bagus. Kalau tidak setuju ya sudah, gak perlu dipaksa. Yang penting langsung menuju sasaran, straight to the point.”

Bicara arah bermusik di tembang teranyar ini, Lyta jujur bilang bahwa Lauryn Hill masih, bagai abadi, menjadi pendulumnya berkreasi. “Lauryn Hill besar sekali pengaruhnya di diriku. Saat menulis lagu kok berujungnya selalu di The Miseducation of Lauryn Hill. Verse-nya ke situ. Chorus-nya ke situ. Gak nyoba jadi imitasi Lauryn Hill sih. Natural aja bawaannya kayak gitu.” Sepertinya sudah suratan takdir jika cengkok berkarya Lyta mad into Miseducation. Ha.

Yang barangkali cukup membedakan komposisi kali ini dengan yang sebelum-sebelumnya adalah kedewasaan bermusik. “Bam dan Palel yang memang dari sononya adalah musisi berpengalaman dan berkelas, tentu memudahkan ketika aku punya ide, saat dituangkan, diresponsnya bagus banget. Tapi juga faktor semakin lamanya kita bermusik semakin membuat kita matang. Kita bertiga merasa bahwa produk yang satu ini cukup berbeda, sedap dan matang,” jelas Lyta panjang lebar seraya tersenyum.

Belum lagi keterlibatan para sosok adiluhung di tim PTC dalam pengerjaan tembang bercorak Motown smooth jam x acid funk ini; otomatis Soulfood menjadi jengah, harus mampu membuktikan bahwa mereka pantas bergabung di program inkubasi #RegenerasiBernyali. “Tapi bukan menjadi beban karena orang-orang hebat itu, cara berbagi ilmunya tidak menggurui, santai sekali. Dan justru efektif buat kami, bikin kami makin optimis. Ini momen istimewa bagi kami bertiga, selain rasa bangga, juga pengalaman ini sangat berguna dalam menempa proses kreatif kami,” sahut Soulfood dengan bungah.

Nah, ringkas-bernasnya, “Straight to the Point” dalam tiga kata: lugas lagi Lauryn!

Straight to the Point
Performed by Soulfood
Composed by Palel Atmoko and Bam George
Lyrics by Lyta Lautner

Say it and action to discover
For us, straight to the point!

So you lost perscription of being human,
You gon’ buy social and pretend you’re a human, mis-human,

Heartless, bigmouth that corrupts suck a homeless,
such that collusion, and god damn nepotism.

And then you spoke upon people deaths, but find oh bills fullfilled,
Saying it was your sweats, never fucking joke with that

I am dying with this scenario, coma of your fomo,

And if you give us debt, you better struggle in with a help.

Tell us fullfilled?
We don’t think it so!

If at least I’m down again,
I’ll get you out!

And push you in the rain.
I can’t hold my self to strain,

All the pain I feel so vain.
Promise me nothing

💧 You might also like REGENERASI BERNYALI.

⎯⎯⎯⎯⎯

Featured image courtesy of Pohon Tua Creatorium.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Amy-Vulture
16 years ago today, Amy Winehouse won Ivor Novello Awards' Best Contemporary Song for her hit "Rehab"; it propelled Winehouse to international stardom.

RUDOLF DETHU

Scroll to Top