Great art comes from great pain. Mungkin inilah fenomena yang sedang terjadi di skena musik Pulau Bali. Para seniman malah menjadi kian kreatif kala digencet nestapa. Musisi, terutama beberapa bulan belakangan ini, kembali meramaikan belantika. Entah merilis karya, entah konser virtual dan di jagat nyata. Faktor signifikan lain yang membuat kancah musik di Bali tetap tegar tentu saja karena ekosistem musik di Bali yang kokoh dan terbilang komprehensif, semua syarat telah komplet. Hantaman Covid-19 cuma menggoyahkan fondasi sementara. Cuma gegar sebentar, bukan ambruk.
Grup cadas MODJORIDO baru saja merilis single perdana di bawah Pohon Tua Creatorium bertajuk "Revolt". Single ini, menurut sang biduan Rico Mahesi, bisa dimaknai sebagai evolusi, pertanda kebangkitan, kembali menggairahkan musik rock, juga, selayaknya spirit musik rock yang dekat dengan pemberontakan.
Seolah ogah kehilangan momentum, Manja kembali menyentak lewat komposisi âGames We Playâ Setelah sebelumnya meluncurkan single pertama âRiseâ belum lama ini dan disambut amat baik oleh publik.
Fenomena yang sedang menggejala pada label rekaman Pohon Tua Creatorium (PTC) belakangan ini relatif mirip dengan kejadian pada awal 90an di wilayah Thames Valley, London. Para musisi skena indieâdidominasi pegiat shoegazeâkerap kongkow-kongkow di area tersebut, saling mendatangi konser satu sama lain, meminjam personel, tukar menukar anggota, mengisi posisi lowong antar band: The Scene That Celebrates Itself.
James first met Dankie in Sydney in 2013. James was still a teenager. He showed Dankie his demo. Seven years later, 2020, they met again, in Denpasar. This time Dankie shows James rock-n-roll survival manual.