search
TiadaCela

Ganyang Nasionalisme Usang Lalu Sambut Pahlawan Baru

Sekarang sudah tahun 2012 menyongsong 2013.
Umlaut adalah sebuah diakritik yang terdiri dari sepasang titik atau garis-garis yang ditempatkan pada sebuah huruf---biasanya huruf hidup. Diakritik? Huh? Ia berupa tanda kecil yang ditempatkan pada sebuah huruf untuk membedakan pengucapan dari huruf sejenis. Umlaut---yang berasal dari Bahasa Jerman---secara bebas bisa diterjemahkan sebagai "perubahan pengucapan", pula "pergantian bunyi". Huruf a, misalnya, dilafalkan sedikit berbeda dengan ä, o tak sama dengan ö, bunyi ü lebih lemah dibanding u. Demikian seterusnya.
This small yet unique question and answer between Devendra Banhart and Joanna Newsom was originally published on Uncut mag, Take 164, January 2011; right after Newsom's Have One On Me won Uncut's Album of the Year.
Mencabut alat kemaluan sesaat sebelum ejakulasi alias coitus interruptus ternyata, dahulu kala, pernah bermakna serupa dengan "pemakzulan". Karena pada dasarnya, 'azl (bahasa Arab), berarti mencabut. Entah mencabut seseorang dari tanah airnya (mengasingkan) entah mencabut penis dari vagina. Silakan baca argumen Qaris Tajudin di halaman dalam, ketika ia mencoba memberi sudut pandang berbeda terhadap tulisan Saidi A. Xinnalecky di edisi Tempo sebelumnya: Hikayat Pemakzulan.
Berikut adalah sebuah tulisan menarik oleh Eric Sasono, seorang kritikus film, yang dimuat di majalah Tempo edisi Maret 2010 silam. Eric, yang juga redaktur www.rumahfilm.org, menelisik isu linguistik, tentang seberapa "tembak langsung" judul film ini: Diperkosa Setan. Memang, makin ke sini para penggiat film lokal tersimak makin berani. Tak hanya terang-terangan mengajakserta bintang film porno sebagai pemicu atensi---sudah pasti berujung riuh kontroversi---tapi juga blak-blakan di urusan memberi judul sinemanya. Eksotika bahasa, akrobat cantik demi menghasilkan titel yang bernas bahkan beradab bukan lagi menjadi prioritas. Komunikasi, antara pembikin dan penyuka film, cenderung satu arah, nihil basa-basi. Di perkara pemberian tajuk, yang lebih dikedepankan justru sisi sensasi. Jika di masa lalu masih mencoba berimprovisasi cukup sopan lalu menyorongkan sebatas Gairah Malam serta Ranjang Yang Ternoda, kini makin miskin estetika sama sekali. Coba perhatikan: Diperkosa Setan. Bukan mustahil dalam waktu dekat akan kian berani lagi, tiada tedeng aling-aling lagi, bombastis skala paling maksi: Disodomi Genderuwo.
Sejawat Penyuka Bahasa Indonesia, Berikut adalah tulisan nan menggelitik bertajuk Titik Dua dari Eep Saefulloh Fatah yang dimuat di majalah Tempo edisi 12 Januari 2009 di kolom Bahasa. Eep, selain merupakan pengamat politik muda yang bernas adalah juga suami mutakhir dari Sandrina Malakiano (para lelaki Bali seumuran anggota boyband New Kids On The Block pasti tahu siapa wanita cantik dan pintar ini). Eep kali ini pecicilan soal kebahasaan. And he does it well. Really well.
Tahukah anda bahwa Iggy Pop saat lahir oleh ibunya diberi nama James Newell Osterberg, Jr; dan Nikki Sixx dikenal sebagai Frank Carlton Serafino Ferrana. Sementara di KTP dan SIM milik Ol' Dirty Bastard yang tertera justru Russell Tyrone Jones. Dan di ijazah Remy Sylado identitas yang tercantum malah Yapi Panda Abdiel Tambayong. Nah, penggunaan nama alternatif, identitas alias, A.K.A. (Also Known As), seperti ini diistilahkan sebagai Pseudonym.
Di skena musik Nusantara, bentukan jari-jari macem begitu lebih dikenal dengan istilah "Salam Metal" (komplet diiringi dengan gaya nyengir seraya menggeram: "Aaaargh...!!!"). Nah, bahasa ilmiahnya adalah "Mano Cornuta" yang lalu di-Bahasa Inggriskan menjadi "The Devil Horns".

rudolfdethu

[instagram-feed feed=1]
Scroll to Top