search
Rudolf Dethu - photo by @viarms

About

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Ingin memberi kabar kepada dunia bahwa kalian eksis dan punya band? Bikinlah website. Buat akun di jejaring sosial. Berharap agar pengunjung terus menyala semangatnya menyambangi website atau akun jejaring sosialmu? Peliharalah, rawatlah ia dengan beribu cinta supaya tetap segar bersinar. Pun, sejatinya, di saat yang hampir bersamaan ada satu lagi manuver online yang perlu dilakukan yaitu pemasaran---saya lebih menyukai istilah “propaganda”. Maksudnya, setelah keberadaan kita diketahui kaum kerabat serta sejawat terdekat, semakin ke depan tentu, jika main musik lebih dari sekadar kegiatan main-main, butuh ekspos lebih luas. Bagaimana caranya biar dikenal tak semata di kalangan keluarga & teman sepermainan? Harus dipahami: tidak gampang. Bukan soal mudah. Cuman kalau dibilang susah sekali sih juga kurang tepat. Yang jelas lumayan melelahkan. Disamping dibutuhkan kesungguhan sekaligus kehati-hatian plus paham nilai-nilai kesopanan.Read More
God bless the internet. Ungkapan syukur atas kemunculan internet di jagat raya belakangan ini sering terucap di tengah masyarakat. Saya termasuk salah satu pendukung militan piranti komunikasi via dunia maya ini. Sebab keberadaannya terbukti amat memudahkan manusia dalam bermanuver. Tak cuma di urusan komunikasi tapi kini telah meluas ke berbagai bidang kehidupan. Selain itu, jika bicara faktor biaya, internet tergolong barang murah. Saat hendak menyapa saudara kamu yang sedang bersekolah di Sydney, Australia, tinggal menyalakan akun Skype masing-masing, sudah, langsung ngobrol dah. Dan gratis. Beda dengan jaman dulu yang masih harus menggunakan telepon biasa serta sambungan internasional yang mahalnya minta ampun. Dalam konteks musik, internet jelas merupakan berkah besar bagi para musisi di Indonesia. Terutama di perkara promosi. Anak sekarang sudah tinggal leha-leha ketika ingin eksis. Begitu punya band langsung saja bikin akun di, katakanlah, Facebook. Pada akhir 90an, fasilitas senikmat demikian belum ada. Saat ingin mengumumkan pada dunia bahwa kita baru saja membentuk Trio Kiamat Raya---sebut saja begitu---dan telah memiliki album perdana, yang harus dilakukan adalah turun langsung ke lapangan, bergaul, memberikan satu persatu kepada kawan serta kerabat. Jika ingin melebarkan sayap hingga keluar pulau, kirimi lewat pos para sahabat pena yang kita punya. Tak lupa pula berharap semoga salah satu rekan kita di Jakarta berbaik hati meneruskan album debut kebanggaan Trio Kiamat Raya ke kenalannya yang bekerja di record label. Sungguh butuh proses yang panjang, berliku, lagi mahal. Jangan dulu lah bicara soal albumnya bakal meledak di pasaran. Sudah didengerin ama petinggi di label rekaman saja sudah untung.Read More
Tonite! April 27, 2011Rock-n-Roll Exhibition: ARDY CHAMBERS33 Sounds Outta 33 Degree Celcius City:: Playlist, intro, song descriptions, and (most) photos, written and handpicked by Ardy Himself ::...Pertama akrab dan mencintai lagu-lagu tertentu berawal sejak SMP, sekitar tahun 1994. Tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda mengenal kalangan pemusik tanah air dan dunia. Berada dan tinggal di Makassar dengan cuaca panas dengan suhu rata-rata 33 derajat celcius, mungkin lebih panas dari kota-kota lainnya di Indonesia, menjadikan rutinitas orang-orang begitu monoton, cenderung jadi followers dan konsumtif. Tidak banyak informasi lebih bisa didapatkan. Tidak banyak ketemu orang bisa berbagi informasi dan wawasan, kecuali saya tetap giat belajar di sekolah dan mencoba mencari koneksi/korespondensi keluar Makassar. Akhirnya beruntung dikaruniai passion independen dan mencoba mempopulerkan musik dan fashionnya yang saat itu masih asing di kalangan Makassar... Karena pengaruh informasi lokal, awalnya saya lebih banyak dengar dan suka artis/band rock lokal seperti God Bless, Edane, Roxx, Boomerang, Slank, Power Metal, Pas, Puppen, Koil. Bahkan hampir semua deretan lagu dan album mereka tidak terlewatkan, walaupun sebagian besar saya dapatkan bukan di saat mereka rilis. Intinya saya mengakui, dari awal banyak menyukai artis/band lokal hingga saat ini apalagi dengan kemunculan Burgerkill, Seringai, The Upstairs, Efek Rumah Kaca, Komunal, Kelelawar Malam, dan deretan band lokal berkualitas lainnya. Karena pengaruh internet yang mulai merambah pada akhir tahun 1997 dan keberhasilan saya terhadap korespondensi luar, menjadikan saya lebih banyak lagi mengenal katalog artis/band luar. Dan lagi-lagi diketemukan deretan artis/band rock khususnya heavy metal hingga hardcore punk. Bahkan ke subgenre rock yang lain nan modern. Dan passion tersebut menjadikan saya merasa sebagai masyarakat Indonesia yang kebetulan tinggal di Timur bahkan merasa sebagai masyarakat dunia yang kebetulan tinggal di Indonesia. Berikut playlist (sesuai tahun rilis) saya buat lebih variatif, sengaja saya pilih khusus lagu luar yang dari awal membuat sensasi, penasaran, dan kesenangan buat saya dan mengarahkan saya ke jalur seperti saat ini dan bahkan bisa mempertemukan saya sebagian diantara mereka. Mari nikmati! Oh, terima kasih kepada saudara R. Dethu, pendiri dan kurator Rock-n-Roll Exhibition, yang turut memilih saya untuk menampilkan playlist, dimana nanti akan disebarluaskan ke orang-orang yang dianggap kredibel dan kompeten soal musik. Proud! Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls
Versi Bahasa Indonesia silakan klik di siniThe last time people heard news about Themilo was in 2003 when they released their debut full-length album, Let Me Begin. Now, 2011, this Bandung quintet is back presenting their newest composition: Photograph. The album consist of eight songs; one in Indonesian, six in English, and an instrumental. Two songs have been chosen as singles, "Do Not Worry for Being Alone," and "Daun dan Ranting Menuju Surga". Two guest stars participate in vocal department, namely: Maradilla Syachridar ("For All the Dreams that Wings Could Fly") and Grace Sahertian ("Apart"). Photograph has an interesting concept, where Themilo imagines they are holding a photo camera and using the viewfinder to capture their surroundings, with the lyrics being the result of the shooting. Themilo friends share stories about life, love, separation and introspection. Themilo was founded in 1996 by Ajie Gergaji as his side project. The first time they attracted public attention was when they released a song called "Sianida" in May 2001.
Di edisi BlokRokinBeats kali ini saya bawakan tema emansipasi perempuan di blantika berkesenian--utamanya musik rock---serta saya bagi menjadi dua: era para pionir (Queens of Noise) dan masa generasi penerus (Riot Grrrl). Agar punya gambaran lebih lengkap, saya pilihkan tembang dari artis-artis yang baik secara langsung memang terlibat di skena Riot Grrrl macam Bratmobile, Bikini Kill, Team Dresch, dan Heavens to Betsy; juga kumpulan seniman perempuan yang masif menginspirasi gerakan persamaan derajat di Rock-n-Roll semisal Suzi Quatro, Patti Smith, Chrissie Hynde (Pretenders), Poly Styrene (X-Ray Spex), The Slits, Exene Cervenka (X), Wendy O Williams, Joan Jett, pula Lita Ford; serta sosok-sosok wanita yang walau tak terkait langsung dengan fenomena Riot Grrrl namun tersimak punya peran menonjol, kental kesan pemberontak, in-your-face, bingar lagi bising, di blantika musik seperti Peaches, Brody Dalle (The Distillers), Lesbians On Ecstasy, Kittie, Le Tigre, Shonen Knife, plus lainnya.A movement formed by a handful of girls who felt empowered, who were angry, hilarious, and extreme through and for each other. Built on the floors of strangers' living rooms, tops of Xerox machines, snail mail, word of mouth and mixtapes, riot grrrl reinvented punk - Beth Ditto
Versi Bahasa Indonesia sila klik di siniIndonesia's rockabilly ambassador, The Hydrant, are here again and in full swing. After more than a year since releasing Bali Bandidos, the pompadour contingent have come back dandy and fully pomaded via their newest album, Dirty Thirty. The Bali quartet with the latest formation Marshello (singer, harmonica), Wis (guitar), Adi (contra bass) and Christopher (stand up drum), have a specific reason naming the album Dirty Thirty. The motor of the band, Wis and Shello, just turned the age of 30 years old and both agreed to step into the phase of being "dirty" to rock 'n' roll attitude which is getting married and having kids. This is the third full-length album for them since forming on August 14, 2004; and consist of 9 songs which are devoted to Americana and rockabilly-o-rama. The lyrics still talk about social issues ("Race to Nowhere" and "Boogie Cadillac") and the love, dynamic life of the personnel ("Wild Wild Boy", "My Baby", "Don't Cry"). They also have one guest guitarist, Krisna, participating in the swing-infected song, "Shake, Rhythm & Jive". Meanwhile Wis experiments a bit with Yngwie Malmsteen-cum-rockabilly in "Kuta Beach Terror" plus an instrumental composition, "The Outlaw Song". An album for all fashion-conscious rockers not to miss.
Matt Berninger maybe not the best (dexterous?) dancer ever. But he's got charismatic baritone + elegant beard---not to mention magnificent mid-tempo pop. Oh, and nice trench coat, of course.
The Block Rockin' Beats Edition: March 23, 201138 (Infamous) Punk Rock and New Wave Anthems You Must Hear Before You DieIn case you kiddos don't know or easily amazed by Fat Mike cheap talks and still think the owner of Atticus clothing label---what's his name again---is the 3-chords prophet, well, you must listen carefully to this playlist. These songs are in the category of "not widely popular but uber influential" among Punk Rock and New Wave scene. These are kickass anthems you must hear before you die. Oh, first thing first: give away your Macbeth shoes to your lovely punk wannabe little brother, and you, put back on your Doc Martens. Show some respect to Malcolm McLaren and Vivienne Westwood. Download the whole playlist here
Tonite! Wednesday, April 06, 2011; 8-10 PMR-n-R Exhibition [mini version]: OOMLEO33 Lagu Penusuk Jantung, Tiada Jenuh Ter-putar-rus-menerusIntroduction and playlist, written and handpicked by Oomleo Himself.Inilah dia, 33 (kebetulan gua baru ulangtaun yang ke-33, so, dengan senang hati gua pilih angka tersebut.. hehe..) lagu favorit yang paling sering gua putar di playlist MP3 player gua "sepanjang masa"! Permohonan maaf sebelumnya tentang "ekspektasi". Sangat jauh m'lenceng dari kalimat "Rock-n-Roll Exhibition"; pilihan lagu gua terlalu "slow". Jazz-jazz standar dan slow-slow gitu, lah.. ("Sok-sokan jazz luh, oomleo! Najis.. Tokai kucing!") ...Cuek aja lah ...Sikat! ...Fisik dan mental tetep rock, tapi kalbu berkata lain. Silakan di-enjoy!Alm. bokap memperkenalkan The Beatles ke gua---sejak gua masih berbentuk janin---hingga gua menginjak status kanak-kanak. Pesan moral terselubung dari beliau saat itu adalah: "Kamu cukup mendengarkan The Beatles. Band-band lain setelah The Beatles adalah peniru The Beatles." Terlepas dari keadaan tersebut, koleksi kaset yang ada di lemari bokap hanya berisi jazz dan jazz, serta jazz. Selepas kanak-kanak hingga ABG, gua kepincut untuk membeli album kaset Ebiet G Ade, Benyamin S., Heli Gaos, Pengantar Minum Racun, Vina Panduwinata, Doel Soembang, D'Bodors, New Kids on the Block, Color Me Badd, dan (berbagai) berantakan lainnya. Saat itu gua nggak tersentuh metal dan variannya. Langsung skip ke arena Nirvana beserta adik-adiknnya. Sementara, nggak ada kontribusi apapun dari bokap di fase ini. Berbalik arah ketika menginjak usia muda ke dewasa---pra-wafatnya bokap---beliau mulai sharing soal musik; memperkenalkan nama musisi (rata-rata pemain jazz), menyebutkan nama-nama musisi favoritnya, mengajak gua buat kenal dengan temen-temen mudanya yang sering kongkow bermain musik, dan sebagainya. Gua kulik semua kaset yang ada di lemari milik bokap; genre, dan bobot musik yang ada. Pilihan gua cuma jatuh sama koleksi jazz standar milik bokap beserta varian jazz yang "mudah" diserap. Selain itu, sisanya cukup didengarkan sekali lewat dan/atau cukup mengenal nama musisinya saja. Saat itu, gua masih menikmati The Beatles (dan turunannya), yang menurut gua adalah sejenis tesis "anti-jazz"; yang bertolak belakang dengan keadaan setelahnya: Hampir semua musisi jazz pernah meng-cover satu/beberapa lagu The Beatles, namun tidak sebaliknya. Penikmat segala jenis musik pasti akan mafhum dengan keadaan tersebut. Demikian halnya dengan gua. Sekarang gua udah mulai tau, musik yang tepat buat gua, dan bisa memilih jenis musik yang bisa gua nikmatin sendirian. Buat nemenin kerja, dan sebagainya. ♪♬♫ Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls ♬♩♫
Tonite! March 30, 2011Rock-n-Roll Exhibition: HENRY FOUNDATION30 Bands That Told Me to Buy Guitar:: Playlist, intro, song descriptions, and (most) photos, written and handpicked by Henry Himself :: Sejak 20 tahun yang lalu saya tidak pernah bercita-cita menjadi pemain gitar handal, hingga kini pun tidak. Hanya berpura-pura seolah sedang memainkan gitar di kamar dengan penggaris panjang sambil mendengarkan beberapa koleksi musik yang dikutuk oleh Ibu saya. Hasilnya saya hanya cuma bisa menyanyi---itu pun seadanya. Gitar pertama saya adalah gitar akustik merk Yahaha (Yamaha palsu), beli bekas dari teman saya Iyus pada tahun 91. Lebih dari cukup untuk mempelajari chord dasar dengan bersusah payah. Setelah saya kuliah dan tidak lagi tinggal bersama orang tua, Ibu saya diam-diam membuang gitar tersebut. Sangat mengecewakan memang, walau pada waktu itu passion saya terhadap gitar telah hilang. Setelah menikah dan beberapa tahun berkonsentrasi dengan musik-musik sintetik, tiba-tiba passion terhadap gitar muncul kembali dan saya berfikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membeli gitar. Fender Jaguar menjadi pilihan gitar kedua saya pada akhirnya. Walau tidak handal bergitar, paling tidak kali ini saya bisa berpura-pura memainkan gitar di kamar bukan lagi dengan penggaris panjang dan tanpa sepengetahuan Ibu saya. Playlist yang saya buat berikut ini adalah beberapa band yang saya dengarkan dan sebagian lagi saya idolakan hingga men-trigger niat saya untuk membeli gitar. Bukan karena teknik shredding atau sound gitarnya yang extravaganza, lebih kepada sesuatu yang memasuki alam bawah sadar saya, proses kenikmatannya, lagi dan lagi---kalau kata Necrodeath---Bah! Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls
Tonite! Wednesday, March 23, 2011; 8-10 PM38 (Infamous) Punk Rock and New Wave Anthems You Must Hear Before You DieIn case you kiddos don't know or easily amazed by Fat Mike cheap talks and still think the owner of Atticus clothing label---what's his name again---is the 3-chords prophet, well, you must listen carefully to this playlist. These songs, most of them, are in the category of "not widely popular but uber influential" among Punk Rock and New Wave scene. These are kickass anthems you must hear before you die. Oh, first thing first: give away your Macbeth shoes to your lovely punk wannabe little brother, and you, put back on your Doc Martens. Show some respect to Malcolm McLaren and Vivienne Westwood. ♬ ♪ Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls ♫ ♬
DOMESTIC GROOVE ~ Celeb's Chosen Seven is my biweekly column in The Beat (Jakarta) mag. Basically it's an interview via e-mail which focuses on small, intimate, domestic stuff; what Indonesia's public figures are really into, musically speaking. For the 12th edition I went upclose-and-personal with Bongky Marcel.
Tonite! March 16, 2011Rock-n-Roll Exhibition: CHE CUPUMANIKInkubator Rock Kotor:: Playlist, intro, song descriptions, and (some) photos, written and handpicked by Che Himself :: Playlist yang saya susun ini, bukan tipe lagu yang sengaja saya telusuri, karena lagu ini ada di zaman saya, dia datang melalui rekomendasi kawan atau dari terpaan media. Dulu dan kini, mereka menjadi teman akrab, penanda perjalanan hidup dan tapak-tapak jejak langkah. Lagu-lagu ini meski berasal dari tahun 90-an, mereka masih ada dalam daftar lagu yang sengit diputar saat ini, mereka masih terdengar modern. Dan bisa dipastikan, mereka membentuk selera dan cita rasa musikal saya. Bercak ekspresinya mungkin berantakan ada di dalam musikalitas yang saya bikin, disadari atau tidak. ♫ Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls
Tonite! March 09, 2011!Rock-n-Roll Exhibition: WAHYU NUGROHO aka ACUMThe 70's Soft-Folk-Rockin-Tongkrongan Beats:: Playlist, intro, song descriptions, and (a few) photos, written and handpicked by Acum Himself :: Era 70-an: Berambut gondong, brewok, celana cut bray, memakai kaus band-band kesayangan. Aktivitas: Pergi ke konser, hang out di halaman belakang rumah, membakar jagung bakar, minum bir murahan, ditemani teman-teman, dihiasi gitar bolong dan menyanyi lagu-lagu favorit. Atau hanya sekedar nongkrong sendirian di atas balkon atau teras depan rumah... Berikut 33 lagu-gitar 70-an favorit saya...
Versi Indonesia klik di siniGoing on a tour overseas, especially Asia Pacific region, has become very much a business-as-usual thing for Indonesian musicians. Not only for big name bands, but also independent acts like this electronica group from Bandung called Bottlesmoker. Angkuy and Nobie began their career in 2005, and will start their journey on February 26, finishing up on March 16. Kuala Lumpur, Malaysia, is going to be the first stop, and then continuing to Gadong, Kuala Belait & Bandar Seri Bagawan (Brunei Darussalam), Shanghai & Beijing (China), Wan Chai (Hongkong), with the last gig in Medan. Actually, this is the fourth tour outside of Indonesia for Bottlesmoker. On the first one they performed in Malaysia in 2009, and then the Philippines in 2010, Malaysia again in 2010, and this year to several countries for their biggest tour ever. Stay informed about the tour by regularly visiting http://bottlesmoker.tumblr.com and listen to their unique bedroom music songs via http://www.myspace.com/bottlesmoker
Gejala-gejala sosial di Indonesia selalu menjadi alasan sebagian besar bangsanya untuk bersikap apatis terhadap lingkungan sekitar karena terkadang membuat masyarakat terbelit dan terpojok dengan kebijakan-kebijakan aneh yang lahir di tengah-tengah mereka. Sementara itu polisi-polisi moral menjadi arogan dan self pretentious dengan alibi-alibinya agar bisa terlihat peduli dan bekerja atas nama negara Indonesia dan kepentingan institusi atau organisasinya. Sajama Cut mungkin salah satu di antara jutaan orang dan ribuan band di Indonesia yang melihat fenomena ini dan mengkritik lewat double single "Twice (Rung the Ladder)" / "Poral Molice" yang dirilis serentak secara digital melalui beberapa situs online yang salah satunya adalah rudolfdethu.com di hari Kamis, 24 Februari 2011.
Rudolf Dethu - photo by @viarms

About

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

rudolfdethu

Scroll to Top