PENGAR

Kini sudah ada padanan kata dari hangover: pengar.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Saya sungguh girang saat mengetahui bahwa kini sudah ada kata yang lebih klop alias baku dari istilah swakarya, bikinan pribadi, yang sebelumnya saya kerap gunakan: “pusgikol” (pusing pagi akibat alkohol). Iya, bagi yang belum mafhum, “pengar” adalah padanan absah dari hangover.

Sejatinya, ada beberapa lagi padanan yang bisa dipakai yaitu “jangar”, “penggar”, “puyeng”, “pengeng”, dan “kliyengan” yang maknanya setara atau kurang lebih sama dengan “pusing”. Tapi saya cenderung memilih bertahan di “pengar”.

Kenapa kok why? Seperti juga kesukaan saya terhadap “skena” sebagai padanan scene yang berkenaan dengan kegiatan genjrang-genjreng musikal, saya lebih cinta pada “pengar” semata agar lebih spesifik, atas nama kemudahan pengidentifikasian, menyebut “pengar” artinya sedang bicara gono-gini alkohol. Apalagi faktanya hangover itu jauh lebih kompleks dari sekadar kepala pening, bukan hanya kondean, yekan?

Kala dunia medis menggunakan istilah “diagnosis”, jagat kepolisian memakai terminologi setara yaitu “lidik” dan “sidik”, serta BRIN mengusung “riset”; maka famili mujahid wiski mari mulai akrabi “pengar” sebagai imbangan sahih hangover. (Selamat tinggal “pusgikol”.)

Nah, pertanyaannya: seberapa sangar pengar kamu pagi ini? Apakah sehubungan dengan video di atas, senandung tradisional reka ulang oleh Gaelic Storm “Whisky You’re the Devil”?

• Baca juga FONDASI PRAKTIK SELEBRITAS ENERJIK.

_________

Foto sampul dipinjampakai dari Irish Mirror.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Picture of Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top