Edition: September 01, 2010
Rock-n-Roll Exhibition: MARZUKI MOHAMMAD
Animisme Progresif
:: Introduction and playlist, written and handpicked by Zuki Himself ::
Aku lahir di Prambanan, daerah di mana hingga sekarang banyak terdapat candi-candi Hindu dan Budha. Ironis, karena eksistensi candi-candi itu tidak didukung oleh komunitas religius, kecuali di hari raya agama-agama tersebut. Aku juga sadar bahwa candi itu dibangun tak jauh dari abad di mana Nabi Mohammad hanya bisa memugar Ka’bah di Mekkah dalam teknik arsitektur yang paling sederhana, dan sekarang menjadi kiblat sembahyang mayoritas penduduk Indonesia.
Jika melihat aku saat ini, potret ironi tentang tempat dimana aku lahir tersebut juga tergambar jelas; sebagai anak seorang ustadz, ketua Muhammadiyah di daerah tersebut, juga pendiri pesantren setempat, sejak kecil dididik sebagi muslim. Bapak dari Hidayat Nur Wahid, mantan presiden PKS itu, selalu menjadi wakil bapakku, maka tidak heran jika sekarang dua kakakku adalah DPR PKS, maka jangan heran nama aseliku Marzuki Mohammad.
Dengan background semacam itu tentu waktu kecil aku mendegar lagu-lagu nasid dan musik-musik bernuansa Islami, untungnya juga mendengar gamelan dan menikmati kesenian-kesenian tradisional di daerah setempat. Jika kemudian aku menjadi seperti sekarang, tentu ada masa di mana aku menghabiskan banyak energi dan waktu yang sangat panjang untuk bernegosiasi dan berkompromi dengan keluargaku tentang jalan hidup yang aku pilih dan percaya.
Aku memulai petualangan musikal secara serius baru ketika SMA. Tapi juga banyak sekali yang akan terlewat jika aku membuat playlist untuk mempresentasikan petualangan tersebut, karena aku selalu berusaha mendengar dan menikmati genre musik apa pun, juga karena saat ini semua idola bagiku sudah mati; itu kenapa aku punya alias Kill the DJ—if DJ is a God, I’ve killed lots of Gods! Juga lumayan susah mengingat-ingat karena koleksi record-ku pernah hilang ketika rumahku kerampokan waktu aku tinggal di Paris.
The Playlist:
01. Leopold Godowsky – In the Kraton
Pada tahun 1922, komposer dan pianis asal Rusia ini melakukan perjalanan ke Indonesia, yang didokumentasikan dalam sebuah catatan antropologis dalam bentuk kumpulan aransemen berjudul Java Suite, yang kemudian dipentaskan di New York dan Wina. Selain In the Kraton, sebagai komposisi favoritku, masih ada Borobudur Moonlight, atau The Ruined Water Castle. Pertemuan gamelan dan musik barat, ternyata bukanlah hal baru.
02. Nirvana – Smells Like Teen Spirit
Aku mengenal Nirvana ketika sekolah di Madrasah setingkat SMA?seperti juga kebanyakan teman-teman segenerasiku. Album Nirvana MTV Unplugged In New York masih aku dengarkan hingga sekarang.
03. DJ Shadow – Building Steam with a Grain of Salt
DJ battle hip hop yang paling pinter dalam hal intelektualitas, mempunyai perpustakaan piringan hitam 4 lantai dari berbagai genre, paling banyak bergaul dan bekerja dengan hal-hal di luar hip hop: Massive Attack, Radiohead, Obey (visual artist), dll. The Private Press memang album yang menarik, tapi mari kita mundur ke belakang untuk Endtroducing…
04. Iwa K – Bebas
Seperti kebanyakan generasiku pada umumnya, aku mengenal hip hop dari breakdance (tari kejang), kemudian Iwa K, sebagai pionir hip hop di Indonesia. Beruntung sekarang aku bisa bersahabat dengan rapper yang freestyle-nya bagus banget ini.
05. Anti-Pop Consortium – Slow Horn
Anti-Pop Consortium adalah group hip hop alternative yang terbentuk tahun 1997, berawal dari sebuah pertemuan Beans, High Priest, M. Sayid, dan Earl Blaize di sebuah acara slam-poetry. Lirik dan komposisinya dibangun dengan sikap dan metode yang sangat kontemporer. Ini nomer yang paling bisa didengar dari album Antipop Consortium vs. Matthew Shipp.
06. G-Tribe – Menek Jambe
G-Tribe adalah pionir untuk hip hop berbahasa Jawa (1995). Semua tema lagu sangat sederhana dan hits di Jogja dan Jawa Tengah pada jamannya. Setelah itu mereka berevolusi menjadi Caludra, dan sekarang dengan nama Rotra.
07. Hightone – Mevlana in Dub
Sebuah percampuran antara world music, elektronica dan hip-hop, yang dipresentasikan dalam musik dub, dan dimainkan dalam format band. Setelah mendengar lagunya, Anda akan membayangkan betapa sibuknya sound engineer mereka ketika konser.
08. Slank – Pak Tani
Aku mulai menyukai Slank pas lagu Pak Tani, ini menjadi semacam soundtrack untuk kehidupan masa kecilku di desa, yang mayoritas bekerja sebagai petani. Sekarang sering satu panggung dengan Slank kalo ada demo antikorupsi.
09. Portishead – Wandering Star
Setelah hip hop, ini adalah grup trip hop yang membuka pintu dan mengantarku untuk mengenal dunia electronic music. Yang paling menyenangkan adalah, mereka bermain dalam format band analog. Teman-teman seangkatanku awalnya hanya ngerti lagunya dalam iklan jeans Levis.
~ Dengar dan tonton versi agak berbeda—versi live—dari Wandering Star di sini
10. Iwan Fals/SWAMI – Bento
Bagi generasiku, Iwan Fals adalah salah satu ikon perlawanan terhadap rezim orde baru. Tidak perlu diragukan lagi.
11. Massive Attack – Teardrop
Salah satu grup trip hop yang paling berpengaruh. Dari Paris aku pergi ke London dengan visa schengen (UE) untuk menonton konsernya—juga dengan beberapa kaleng aerosol untuk graffiti—dan tentu saja aku ditangkap polisi dan dipenjara di London.
12. Aphex Twin- Window Licker
Bagiku dia adalah empunya electronic music. Lagu-lagunya menemani aku membangun festival “Parkinsound: Electronic Music Movement” (1998 – 2004). Single dia yang paling populer, Come to Daddy, terlalu berat untuk didengar. Aku memilih Window Licker.
13. Björk – Human Behaviour
Beruntung pernah bertemu dengan ibu electro-pop ini di sebuah konser di Paris.
14. Talvin Singh – Butterfly
Musisi India yang tinggal di London. Bekerja untuk banyak musisi juga. Jika Björk pentas atau bikin album, akan meminta tolong mas satu ini untuk urusan perkusi dan beat. Talvin Singh adalah orang yang mengatakan kepadaku, “Sorry, in this global civilization, people still ask you: Where do you come from?”
15. DJ Cam ft. Kakoli Sangupta – Meera
DJ satu ini tidak populer di dunia hip hop bling bling, juga menolak World DMC Championship. Tapi buatku dia komposser yang hebat, dan semakin menunjukkan kehebatannya dalam lagu Meera yang berkolaborasi dengan penyanyi India Kakoli Sangupta dalam album Substance, kemudian dia remix kembali dalam album Mad Buntled Jazz dengan semakin dalam. Satu-satunya hal yang mengecewakan ketika dia bekerja dengan Anggun C. Sasmi dalam Summer in Paris, dalam proyek ini buatku DJ Cam kehilangan karakter.
16. Radiohead – Ideoteque
Aku mulai khusuk mendengarkan Radiohead ketika mereka mulai memasukan electronica dalam musik mereka. Tentu saja album pertama Kid A sangat mengagetkanku, karena sebelumnya di OK Computer mereka masih dalam format pop-rock alternative.
17. Mc Solaar – Dégâts Collatéraux
Awalnya aku tidak mengira dia seorang superstar. Perjumpaan pertama dengan MC Solaar terjadi di Paris, aku kaget dengan seseorang yang memakai baju Pemda (Coklat) lengkap dengan badge Pemerintah Daerah Bali dan nama MC Solaar di dada. Aku juga kaget ketika kami makan malam di daerah Bastille, mendadak banyak wartawan menghampiri kami. MC Solaar mengerjakan album Le Cinquème As di Bali. Di Eropa, penjualan album hip hop MC Solaar lebih tinggi dari Beastie Boys.
18. DAM – Meen Erhaabi (Who is the terrorist?)
Group hip hop dari jalur Gaza. Aku kasih terjemahan liriknya saja ya:
“Who’s the terrorist? I’m the terrorist?!
How am I the terrorist when you’ve taken my land?
Who’s the terrorist? You’re the terrorist!
You’ve taken everything I own while I’m living in my homeland
You’re killing us like you’ve killed our ancestors
You want me to go to the law? What for?
You’re the Witness, the Lawyer, and the Judge!
If you are my Judge, I’ll be sentenced to death
You want us to be the minority? To end up the majority in the cemetery?
In your dreams!
You’re a Democracy?”
19. Jahanam – Gangsta Gappi
Generasi kedua hip hop berbahasa Jawa setelah G-Tribe (2003), tepat ketika aku mendirikan Jogja Hip Hop Foundation. Penjualan albumnya (2003) sebanyak 20.000 kopi hanya untuk Jogja dan sekitarnya.
20. Dubyouth ft. Jogja Hip Hop Foundation – Bombassu
Suatu hari duo Dubyouth datang ke rumahku untuk minta kami me-remix single hit mereka, Bomb da Town. Eh, malah di-remake liriknya…
21. Waljinah – Ayo Ngguyu
Cocok didengarkan sembari minum kopi dan membaca berita politik di Indonesia.
22. Miss Kittin – Lighter
Mbak-mbak electronic asal Perancis yang menggemaskan dan mencuci pakaiannya sendiri.
23. DJ Missil – Mosh Up
Mbak-mbak nakal yang suka ngajak aku nggambar graffiti bareng di Paris.
24. Mikel Mayer – RE
Si pinter dari Cologne, Jerman.
25. C. Hardjasoebrata – Kupu Kuwi
Banyak tembang dolanan, yang aku suka, ini karya dari bapaknya Hartati penerjemah Asterix yang kocak itu.
26. Kid Loco – This is Your Religion
Satu lagi DJ hip hop yang pinter dan sering mengiringi aku menyemai padi di sawah.
27. Gatholoco – Catatan Ganti Tahun: Antara Natal dan Lebaran
Salah satu pencapaian album Poetry Battle terbaik.
____________________
Catatan: Marzuki Mohammad itu sosok multi rupa. Di suatu masa dikenal sebagai Zuki Perfuck saat ia menggagas Performance Fucktory serta giat menyelenggarakan pertunjukan multi media + konser musik elektronik “Parkinsound”. Di saat lain dikenal sebagai Chebolang di kala menjadi artis visual (graffiti). Sementara Kill the DJ adalah alter egonya ketika terlibat di isu hip hop. Adalah Zuki, walau bukan pionir, yang mempopulerkan musik rap berbahasa Jawa ke skala nasional & internasional via Jogja Hip Hop Foundation. Kini Zuki sedang fokus menggarap film dokumenter tentang skena hip hop di Jogja, Hip Hop Diningrat. Selain juga pro-aktif sebagai aktivis anti-korupsi serta penggiat pluralisme, Zuki merupakan pemilik distro Whatever Shop.
___________________
:: If you wanna download the whole playlist, click Rock-n-Roll Exhibition: MARZUKI MOHAMMAD ::
:: If you wanna listen to the songs, go to Big Audio Dynamite on top your right and pick the playlist ::
Upcoming shows/exhibitions*:
– September 15: Jimi Multazham (vocalist of The Upstairs and Morfem, radio announcer of Trax FM)
– September 22: Santi YZ (manager of Koil, senior account executive Rolling Stone Indonesia)
– September 29: Dewa Palguna (ex-judge of Constitutional Court, art enthusiast)
– October 06: Alfred Pasifico (editor of Koran Jakarta)
– October 13: Nasta Sutardjo (used to own the legendary rock-n-roll club in Jakarta, Parc)
– October 20: Veroland (cars & motorcycles custom builder)
– October 27: Belinda Kazanci (singer of LA-based trip hop group, Echocell; designer of Gado Gado apparel)
And more exhibitions in November/December by Mian Tiara, Oppie Andaresta, Meita Kasim, Samack, Stirling Silliphant, Lecir, etc.
See y’all again next Wednesday!
Boozed, Broozed, and Broken-boned,
RUDOLF DETHU
*subject to change
____________________
The Block Rockin’ Beats
Curator: Rudolf Dethu
Every Wednesday, 8 – 10 PM
The Beat Radio Plus – Bali, 98.5 FM
120 minutes of cock-melting tunes.
No bullcrap.
Zero horse shit.
Rad-ass rebel without a pause.
Shut up and slamdance!?